Jumat, 06 Mei 2016

FF BamBam Gaje / SORRY~






Main Cast            : Jung Na Ra, BamBam
Support Cast      :   Byun Jae Rim, Jeon Jung Kook, other
Genre                   : Sad, love, school life


 Ini ff oneshoot pertama ku. Mian kalau gaje. Mian kalau jelek.



Author pov.

                Tampak seorang yeoja berambut hitam panjang yang sedang duduk di taman. Ia duduk sambil menulis beberapa kata untuk dijadikan sebuah lirik lagu. Seorang namja berambut hitam menghampirinya sambil membawa 2 kaleng minuman. “Gomawo, JungKook sunbaenim.” Jungkook duduk di samping NaRa dan memberikan sekaleng minuman pada yeoja itu. “Kapan lagumu selesai, hoobae?” tanyanya sambil menatap NaRa. “Sudah selesai kok.” NaRa menyodorkan kertas putih kepada sunbaenya itu. “Wah~ ini akan ku kirimkan ke suga hyung.” Jungkook mengacak-acak rambut hoobaenya dengan gemas. “Oppa….” Teriak seseorang. NaRa dan JungKook menoleh. “Bambam? JaeRim? Kenapa kalian berangkat bersama?” tanya Jungkook penasaran. “Eumm..i-itu tadi kita berpapasan di gerbang.” JaeRim duduk dan menyenderkan kepalanya di bahu JungKook. BamBam menatap NaRa yang sedang menulis dengan sendu. “NaRa, kau menulis lagu lagi?” tanya Bambam dan langsung merangkul yeoja itu. “N-ne..”
                “Waeyo? Kau sakit?” NaRa berdiri dan langsung pergi. Ketiga orang itu bingung dengan sikap NaRa. Di toilet NaRa mengeluarkan beberapa pil obat dan meminumnya setelah membersihkan darah yang keluar dari hidungnya. “Apa aku bisa bertahan selama 1 bulan ini?” ia menatap pantulan dirnya dan tersenyum kecut. “Kau tau? Kemarin aku melihat Bambam dan JaeRim sunbae  keluar dari bar.” “Jinjja? Menurutmu mereka melakukan apa?” “Mungkin me-“ “Bisa aku tau apa yang kalian bicarakan, hoobae?” NaRa mendekati ketiga orang yeoja yang baru saja masuk ke toilet.

.
.

                NaRa berjalan melewati koridor sekolah dengan tatapan yang kosong. Tiba-tiba ia jatuh pingsan dan seorang namja menghampirinya. “Ya! Ini aku Jimin. NaRa…NaRa..sadarlah. Ya!” Jimin mengangkat tubuh NaRa dan membawanya menuju parkiran sekolah sambil berlari. Anak-anak lainnya menatap heran kearah Jimin yang sedang berlari menggendong NaRa. “Bukankah..itu Jimin sunbae..”.
               
                 Jimin membuka pintu mobil dan memasukkan NaRa dengan hati-hati. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Tak segan-segan ia memencet klakson ketika ada kendaraan yang menghalangi laju mobilnya. “Ya! Apa yang terjadi padamu?” Jimin meneteskan airmatanya karena khawatir. Ia segera menggendong tubuh NaRa ketika sampai di Rumah sakit. Para perawat meletakkan tubuh NaRa di kasur beroda dan membawanya ke ruang UGD. Tiba-tiba ponsel NaRa yang Jimin pegang berdering. Bambam. “Cih! Namja brengsek itu lagi.” Jimin segera mematikan handphone milik NaRa dan memasukkannya di dalam saku celana yang ia kenakan.

                “Kemana dia?” Bambam terlihat frustasi  dan mengacak-acak rambutnya. “Oppa..” tiba-tiba seorang yeoja melingkarkan tangannya di perut namja berambut pirang itu. “JaeRim-ah, sebaiknya kau pulang. JungKook pasti menunggumu.” JaeRim melonggarkan pelukannya pada BamBam. “Kami hanya bertunangan. Kau tak perlu khawatir, oppa.” Bambam menunduk sambil menghela napas berat. “Bukankah 2 bulan lagi kalian menikah?” yeoja itu menatap sendu Bambam. “Bisakah kau tak membahasnya oppa?! Bukankah sudah kukatakan bahwa ia hanya barang taruhanku? Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini.” Bambam memeluk JaeRim erat dan mencium bibir yeoja itu. “Kalau begitu kita ke apartemenku. Kajja.” JaeRim menarik tangan Bambam pergi dari bar. Tanpa mereka sadari seorang namja berpakaian hitam mengabadikan kejadian itu dengan sebuah kamera. “Setelah ini kalian akan ketahuan.” Ia pergi meninggalkan bar itu dan mengikuti mobil yang digunakan Bambam dan JaeRim untuk pergi. “Jiminie~ bagaimana keadaan adikku?”tanyanya saat menelpon seseorang. “Dia baik-baik saja hyung. Hanya kecapekan. Oh, ya besok kita bertemu di cafe biasanya bersama NaRa, Annyeong Hoseok hyung.” Ia mematikan sambungan telephonenya.

                “Mereka pergi ke apartemen yang salah.” Hoseok menyeringai begitu mengetahui bahwa JaeRim dan Bambam menempati apartemen miliknya. Ia keluar dari mobil dan berjalan di belakang sepasang manusia yang menurutnya itu sangat menjijikkan. “Bukankah anda anak Presdir Jung?” tanya seorang satpam. Hoseok hanya mengangguk dan tersenyum. “Silahkan..” tatapan Hoseok menuju Bambam dan JaeRim yang memasuki lift sambl berpelukan. “Selamat datang Tuan Muda.” Hoseok tersenyum ramah dan mendekati wanita berusia 20 tahunan tersebut. “Tolong bantu aku.”

                BamBam dan JaeRim berciuman diatas ranjang dengan agresif. Seorang pelayan wanita memasuki kamar mereka dan memberi salam. “Ini adalah pesanan anda nona.” Pelayan itu membungkuk dan tanpa mereka sadari wanita itu menempelkan sesuatu di beberapa dinding. Pelayan itu keluar dan langsung disambut oleh Hoseok. “Eottokhae?” pelayan itu tersenyum dan mengangguk. “Ikut aku ke ruangan Presdir.” Pelayan itu membungkuk hormat dan mengikuti langkah Hoseok memasuki lift. "Kalau boleh saya tau siapa kedua orang itu, Tuan Muda? Apa mereka orang penting?" Hoseok hanya menggelengkan kepalanya. "Namja itu adalah namjachingu dongsaengku. Dan yeoja licik itu adalah tunangan temanku." Pelayan itu hanya mengangguk. Lift terbuka. Hoseok berjalan diikuti pelayan itu menuju ruangan appanya.

Keesokan harinya.

                “Kim Na Ra!” panggil Jungkook. Namja itu berlari diikuti Jimin dan Hoseok. “Waeyo?” JungKook merangkul pundak NaRa sambil tersenyum. “Aku mencintaimu..” NaRa tertawa terbahak-bahak diikuti JungKook. “Nado, aku juga mencintaimu Jeon Jung Kook pabo.” Jimin dan J-Hope bingung dengan apa yang dimaksud oleh kedua maknae ini. “K-kalian saling mencintai?” tanya Jimin tak percaya. “Ne, kami saling mencintai.” JungKook dan NaRa tersenyum sambil menempelkan pipi mereka. “Aku sakit hati.” Jimin memegang dada kirinya. “Yakk! Kami memang seperi ini dari SMP. Dia juga akan menikah, ya kan oppa?” tanya NaRa sambil tersenyum. “Aku rasa kau lebih cocok dengan SeulMi, JungKook-ah.” Ujar Hoseok tiba-tiba. “Hyung, kau ngomong apa sih. Aku sebentar lagi mau menikah dengan JaeRim.” JungKook tersenyum canggung. “Oh, SeulMi eonnie!” teriak NaRa. Seorang yeoja berambut coklat menoleh dan tersenyum. “Annyeong, NaRa.” SeulMi tersenyum dengan lembut membuat jantung JungKook berdebar-debar.
               
                “Bagaimana kabarmu Jeon Jung Kook? Kudengar kau akan menikah dengan JaeRim sunbae.” JungKook hanya tersenyum canggung. Tiba-tiba JaeRim datang diikuti oleh BamBam dan SheeNa. “Hyung..” NaRa menghampiri SheeNa dan memeluknya. “Aku merindukanmu. Mana oleh-oleh dari Parisnya?” tanya NaRa antusias sambil memeluk manja SheeNa. “Kau dapat drum dan sepatu baru.” SheeNa merangkul NaRa yang sedikit lebih pendek darinya. “Woah~ jinjja?” teriak NaRa antusias. SheeNa mengangguk mengiyakkan. “Gomawoyo…” NaRa tersenyum lebar dan melompat-lompat kegirangan. ‘Sampai kapan lagi aku bisa melihat senyum itu?’ tanya BamBam dalam hatinya. “Hyung..”panggil NaRa sambil mendongakkan kepalanya menatap SheeNa. “Yakk! Kau masih memanggilku hyung. Wae?” NaRa mengerjapkan matanya berkali-kali dengan imut. “Kau tidak merindukan Hoseok oppa?” Baik Hoseok maupun SheeNa sama-sama terkejut mendengar pertanyaan NaRa.

                “A-aku merindukannya kok..” NaRa berdiri tegak dan menarik SheeNa mendekati Hoseok. “Oppa tolong foto kami ya?” NaRa menyerahkan handphonenya kepada BamBam. Hoseok menarik Jimin mendekati NaRa, sedangkan SheeNa menarik JungKook dan SeulMi. JungKook, Seul Mi, SheeNa, NaRa, Jimin, dan Hoseok berfoto bersama. Untuk yang kesekian kalinya BamBam melihat NaRa tersenyum. Tiba-tiba Jimin mencium pipi NaRa saat BamBam mengambil photo terakhir dan berhasil membuat BamBam terdiam. “Yakk! Jimin pabo, kenapa kau menciumku?” teriak NaRa kesal. “Sudahlah.. kajja kita ke kelas masing-masing. Jimin, NaRa, SheeNa, JungKook kajja kita kelas. SeulMi, BamBam dan JaeRim masuklah ke kelas kalian.” Akhirnya mereka pergi ke kelas masing-masing.

                Saat NaRa duduk di bangkunya, ia menemukan sesuatu di lokernya. “Mwoya?” sebuah perekam suara berpita warna biru muda. “….” NaRa mengerenyit heran melihat kaleng itu. Ia memasang earphone dan memencet tombol play. Yeoja itu terdiam ketika mendengar percakapan dua orang. “N-nugu?” Ia terdiam dan focus untuk mengenali suara siapa ini. “JungKook oppa?” NaRa terhenyak ketika mendengar nama JungKook disebut. “Wae?” Tiba-tiba JungKook muncul di depan wajah NaRa. “A-aniyo.” NaRa langsung melepas earphone dari telinganya. “Eumm…bisa temani aku ke ruang latihan? Aku bosan..” JungKook mengangguk dan segera mengikuti langkah yeoja yang merupakan adik dari sahabat karibnya itu. “NaRa-ya, wae geurae?” JungKook menyentuh bahu NaRa membuat yeoja itu terdiam seketika. “Kapan oppa akan menikah?” JungKook mengerenyit heran dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut NaRa. “Dua bulan lagi. Waeyo?” NaRa menggeleng dan tersenyum. Tiba-tiba NaRa melihat BamBam dan JaeRim yang berjalan kearah mereka membuat senyum NaRa menghilang dan berubah menjadi tatapan tajam . “Eoh oppa..” teriak JaeRim. “JaeRim-ah.” JungKook tersenyum melihat JaeRim datang.  “Hyung kenapa kau terus bersama JaeRim akhir-akhir ini?” BamBam kelihatan gugup setelah JungKook bertanya pada namja imut itu. “I-itu karena kami ada tugas yang diberikan oleh sonsaengnim. Kau tahu Park ssaem, kan?” JaeRim menjawab pertanyaan JungKook yang ditujukkan untuk BamBam. “Ya! JungKook oppa bertanya kepada BamBam, kenapa kau yang menjawab?” tanya NaRa ketus. “NaRa-ya wae?” JungKook menatap NaRa sebentar lalu beralih lagi kepada BamBam dan JaeRim. NaRa berjalan menuju ruang latihan meninggalkan JungKook yang tidak tahu apa-apa.
.
                NaRa menangis di depan wastafel. Ia menatap wajahnya sekali lagi yang sudah basah dengan airmata. Ia menunduk sehingga airmata itu kembali terbuang lagi. Tiba-tiba sebuah cairan merah menetes dari lubang hidungnya. Terus dan terus . Ia membersihkannya dengan air dan menyumbatnya dengan tisu. “Sunbae..” panggil seorang yeoja. “E-eoh, eottokhae? Kau ada berita apa?” tanya NaRa pada ketiga hoobae itu. “Mereka kemarin bertemu di bar lagi dan berakhir di kamar VVIP.” NaRa tersenyum kecut. “Ini adalah uang dan juga catatan matematika yang kalian butuhkan untuk semester nanti.” Ketiga hoobae itu terkejut setelah mendengar ucapan NaRa. “A-aniyo sunbae.” NaRa memberikan tas kecil berwarna biru muda. “Gomawo.” NaRa langsung pergi dari toilet itu. Setelah ia pergi ketiga hoobae itu membuka tas yang diberi NaRa dengan penasaran. “I-ini benar-benar uang yang banyak.” “Bukankah ini catatan matematika yang kita butuhkan?” “Kita harus membalas kebaikan NaRa sunbae.”. NaRa pulang ke rumah dan membolos pergi ke sekolah. Ia melepas baju longgarnya dan menggantikannya dengan baju hitam di atas pusar. Celananya jeans diatas lutut dipadu dengan sepatu warna putih. “Hufft. Aku harus bertindak sendiri kali ini.” NaRa menyambar tas dan kunci mobil lalu pergi.

                NaRa pergi ke salon temannya untuk mengganti warna rambut. “Yo! Kau sudah lama tidak kesini.” Sapa seorang namja. “Jackson, aku ingin mengganti warna rambutku.” Jackson menerka-nerka warna yang cocok untuk NaRa. Ketika sampai di bar, banyak namja bahkan ahjussi yang menatap NaRa takjub. Pasalnya, gadis itu memakai celana jeans, baju hitam diatas pusar dengan tali penghubung yang kecil, dan rambut pirangnya yang indah. NaRa mengumpat kesla telah menuruti saran Jackson saat memilih baju. “Akan kubunuh kau setelah keluar dari sini, Jackson.” Umpat NaRa kesal. “Hai, nona. Ada yang bisa kubantu?” tanya seorang bartender. “Hey, Mino. Dimana Jin dan Mark oppa?” tanya NaRa asal. “Apa yang membuatmu lupa bahwa aku ini lebih tua darimu?” NaRa menatap Mino dengan kesal. “Persetan dengan itu, diman mereka?” NaRa meminum white wine yang berkadar alcohol tinggi tanpa rasa ragu. “Itu mereka.” NaRa langsung pergi menemui Jin dan Mark di ruang VVIP. “Hey.” Sapa NaRa kepada kadua namja itu. “Eoh, kau. Sudah lama tidak kesini.” Sapa Jin ramah. “Pesankan aku meja.” Mark menarik tangan NaRa untuk mengikutinya. “Duduklah disini.” Mark mendudukkan NaRa di sebuah sofa kosong. “Aku tahu. Pasti white wine 5 botol. Tenanglah disini.” NaRa hanya tersenyum mendengar perkataan Mark yang seperti sudah hapal kebiasaanya ketika disini.

NaRa pov.
                “Bisakah kau mencarikan kami tempat duduk?” suara itu sangat familiar di telingaku. Aku langsung memberi kode pada Jin. “Duduklah disini, tuan.” Kini aku tersenyum puas ketika mendapati BamBam dan JaeRim duduk di sampingku. “Oppa.. kita ke kamar saja…” rengek JaeRim. Uh menjijikkan sekali. Mereka pergi menuju kamar VVIP, dan kesempatan itu kugunakan dengan mengambil photo mereka di kameraku. Aku sangat sakit hati saat mengambil photo ini. Mereka berciuman, berpelukan, dan akhirnya berakhir dengan mereka yang sudah tidak tampak di balik pintu itu.



Aku pulang ke rumah dengan keadaan yang kurang baik. Kepalaku berdenyut, mungkin karena minum tadi. Tapi tidak biasanya kepalaku sakit sampai seperti ini. Aku memasuki halaman rumah dan melihat Park ahjussi menunggu di luar. “Eo.. ahjussi. Ini kuncinya. Oppa sudah pulang?” tanyaku pada pria paruh baya itu. “Ne, nona muda.” Pria itu menerima kunci dari ku dan memasukkan mobil ke garasi. “Kau habis dari mana, NaRa?” Aku terkejut saat melihat Hoseok oppa duduk di ruang tamu dengan keenam temannya yang menyebalkan itu. “Dia tadi dari bar tempatku bekerja, Hoseok-ah.” Jin, aku akan membunuhmu karena memberi tahu Hoseok oppa. Ah dan sekarang oppaku menatap tajam dan berjalan kearahku. Aku kira dia menampar atau memukulku. Tapi dugaanku salah, ia memelukku sekarang. “Kau itu sedang sakit, mana boleh minum minuman keras, NaRa. Tolong menurutlah.” Aku hanya mengangguk. “Oppa.. kepalaku sangat sakit.” Lirihku. “Sebentar, aku antar adikku dulu keatas. Kajja.” Ia menggendongku dan aku hanya bisa terpejam. “Cepatlah tidur. Besok, kan hari libur dan kita akan ke rumah sakit lagi.” Rumah sakit? Lagi? Yang benar saja. Aku tidak mau menghirup tempt berbau obat-obatan itu lagi. “Oppa, shireo.” Rengekku manja. “NaRa, mengertilah.” Ok kali ini aku menuruti kata-katanya. “Arraseo.” Aku memejamkan mataku dan bisa kurasakan ia memeluk lalu mencium keningku. “Jaljayo.” Dan aku rasa lampu sudah mati.

Author pov.





Sudah 1 bulan lebih NaRa mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhan yang dijalin oleh JaeRim dan BamBam. Dan selama itulah kanker yang dialami NaRa sedikit demi sedikit menggerogoti tubuhnya. Hari ini JungKook, Jimin, SheeNa, dan Hoseok berjalan bersama ke kampus. “NaRa akan sembuh kan hyung?” tanya Jimin kepada Hoseok. “Mm..” Hoseok hanya membalas dengan gumaman. “BamBam dan JaeRim kenapa dekat sekali 4 bulan ini?” tanya SheeNa bingung. “Eo.. katanya mereka ada tugas dari Park sonsaengnim.” Sahut JungKook. “Hyung bisa kita bicara sebentar?” Jimin menyentuh bahu Hoseok. “Arraseo. Aku pergi bersama Jimin dulu, ya?” Hoseok dan Jimin berjalan melewati koridor dan berhenti di atap. “Ini sudah keterlaluan.” Hoseok hanya terdiam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Jimin. “NaRa juga sudah tahu akan hal itu.” Jimin memejamkan matanya dan membukanya kembali sambil mengeluarkan helaan napas kecewa. “Kita harus hentikan ini semua.

                NaRa pergi dari rumah sakit untuk kembali ke rumahnya. Ia memakai baju hitam dibalut oleh jaket berwarna hitam pula. Ia mengendarai mobilnya menuju apartemen BamBam untuk meminta penjelasan. Sesampainya disana ia menatap pintu itu dengan lamat. Ia mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Begitupun seterusnya. Terpaksa ia menggunakan password yang diberikan oleh BamBam beberapa bulan lalu. “Oppa..kalau aku hamil bagaimana?” lirih JaeRim. “Aku akan bertanggung jawab JaeRim. NaRa menatap sendu mereka dan membuang napas setenang mungkin. Ia bertepuk tangan sekeras mungkin hingga kedua insan itu menoleh. “Hebat kalian sudah melakukannya.” NaRa tersenyum mengejek. “N-NaRa.. apa yang kau lakukan disini?” tanya JaeRim. “Harusnya aku yang bertanya! APA YANG KAU LAKUKAN DI APARTEMEN KEKASIH TEMANMU SENDIRI, JAERIM-SSI?!” teriak NaRa. “Kali ini aku sudah punya buktinya dan akan kuserahkan kepada JungKook oppa dan yang lain.” NaRa berbalik.

DORR
DORR 
DORR

                BamBam menembak NaRa dengan pistol yang ia simpan di lacinya. NaRa terduduk bersender pada dinding menahan rasa sakit di bahu kirinya. “A-apa yang kau lakukan?! Lirih NaRa. “Kau jangan berani-berani melaporkan atau memberi tahu orang lain tentang ini. “Persetan.” NaRa berdiri dan pergi menuju pintu. Namun tangan BamBam menariknya hingga jatuh. NaRa menendang perut BamBam dan memukul wajah JaeRim yang juga memegangi lengannya. Ia melepas jaket hitamnya dan berlari menuju lift. “Kejar dia oppa.” Teriak JaeRim panik. NaRa berlari keluar dengan terhuyung-huyung menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya. “SeulMi–ya!!” teriak NaRa ketika melihat SeulMi keluar dari supermarket. Merasa namanya dipanggil, SeulMi menoleh dan

BRAKK

                Sebuah mobil hitam menghantam tubuh NaRa ketika yeoja itu hendak menyebrang jalan. Tubuh NaRa terpental cukup jauh dan mobil itu langsung pergi. Banyak orang yang mengerubungi NaRa karena tabrak lari itu. “NARA!!” teriak SeulMi panik. “WAE GEURAE?” SeulMi mengguncang tubuh NaRa.“Mintalah rekaman CCTV dari petugas apartemen BamBam. Semuanya ada di situ.”NaRa memuntahkan darahnya dan tersenyum melihat SeulMi. “NaRa!” panggil SeulMi ketika NaRa menutup matanya.
                Hoseok dan yang lain langsung menuju Seoul Hospital ketika mendengar kabar dari SeulMi bahwa NaRa mengalami kecelakaan. “SeulMi-ah. Wae geurae?! WAE GEURAE!!” Dokter keluar dari ruangan bercat putih itu. “Uisa-nim..” panggil Hoseok. “Maafkan kami.” Kaki Hoseok langsung lemas mendengar penuturan dokter. “BamBam.” Panggil SeulMi. “Dialah penyebab semua ini.” “MWO?!” ujar Hoseok tak percaya.

BamBam’s apartemen.

                “Oppa, bagaimana bisa kau menabraknya?Bagaimana kalau dia mati?” JaeRim panik saat BamBam menabrak tubuh NaRa tadi. “Itu akan lebih baik. Tidak ada orang yang tahu.” BamBam memeluk JaeRim erat. “Angkat tangan kalian!” tiba-tiba apartemen BamBam dipenuhi oleh polisi bersenjata. “Kalian di tetapkan sebagai tersangka pembunuhan Kim Na Ra.” BamBam dan JaeRim benar-benar terjebak saat ini. “Pembunuh.” Hoseok datang diikuti JungKook dan yang lain. “JungKook oppa…” teriak JaeRim. “Bawa mereka!” BamBam dan JaeRim diseret polisi. “Aku tidak menyangka.” JungKook menangis sejadi-jadinya di situ.

4 tahun kemudian.

                Hoseok, SheeNa, Jimin, SeulMi, dan JungKook sedang duduk di taman yang hijau dengan perasaan campur aduk. “Kapan kau mencari pengganti?” tanya Hoseok pada Jimin. “Molla hyung,dia masih di sini.” Jimin memegang dada kirinya dan memejamkan matanya. “Mungkin dia sudah tenang disana.” JungKook memeluk SeulMi, sedangkan Hoseok memeluk SheeNa. Jimin? Ia sendirian. “Long time no see.”ujar seorang yeoja berkaca mata menatap mereka dari belakang. Sontak kelima orang itu menoleh. “Annyeong.” Sapanya sambil melepas kacamata. “NARA?!” ujar mereka berlima tak percaya. NaRa hanya tersenyum tulus sambil menahan airmata.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar