Main
Cast : Jung Na Ra, BamBam
Support
Cast : Byun Jae Rim, Jeon Jung Kook,
other
Genre : Sad, love, school life
Ini ff oneshoot pertama ku. Mian kalau gaje. Mian kalau jelek.
Author
pov.
Tampak seorang yeoja berambut
hitam panjang yang sedang duduk di taman. Ia duduk sambil menulis beberapa kata
untuk dijadikan sebuah lirik lagu. Seorang namja berambut hitam menghampirinya
sambil membawa 2 kaleng minuman. “Gomawo, JungKook sunbaenim.” Jungkook duduk
di samping NaRa dan memberikan sekaleng minuman pada yeoja itu. “Kapan lagumu
selesai, hoobae?” tanyanya sambil menatap NaRa. “Sudah selesai kok.” NaRa
menyodorkan kertas putih kepada sunbaenya itu. “Wah~ ini akan ku kirimkan ke suga
hyung.” Jungkook mengacak-acak rambut hoobaenya dengan gemas. “Oppa….” Teriak
seseorang. NaRa dan JungKook menoleh. “Bambam? JaeRim? Kenapa kalian berangkat
bersama?” tanya Jungkook penasaran. “Eumm..i-itu tadi kita berpapasan di
gerbang.” JaeRim duduk dan menyenderkan kepalanya di bahu JungKook. BamBam
menatap NaRa yang sedang menulis dengan sendu. “NaRa, kau menulis lagu lagi?”
tanya Bambam dan langsung merangkul yeoja itu. “N-ne..”
“Waeyo? Kau sakit?” NaRa berdiri
dan langsung pergi. Ketiga orang itu bingung dengan sikap NaRa. Di toilet NaRa
mengeluarkan beberapa pil obat dan meminumnya setelah membersihkan darah yang
keluar dari hidungnya. “Apa aku bisa bertahan selama 1 bulan ini?” ia menatap
pantulan dirnya dan tersenyum kecut. “Kau tau? Kemarin aku melihat Bambam dan
JaeRim sunbae keluar dari bar.” “Jinjja?
Menurutmu mereka melakukan apa?” “Mungkin me-“ “Bisa aku tau apa yang kalian
bicarakan, hoobae?” NaRa mendekati ketiga orang yeoja yang baru saja masuk ke
toilet.
.
.
NaRa berjalan melewati koridor
sekolah dengan tatapan yang kosong. Tiba-tiba ia jatuh pingsan dan seorang
namja menghampirinya. “Ya! Ini aku Jimin. NaRa…NaRa..sadarlah. Ya!” Jimin
mengangkat tubuh NaRa dan membawanya menuju parkiran sekolah sambil berlari.
Anak-anak lainnya menatap heran kearah Jimin yang sedang berlari menggendong NaRa.
“Bukankah..itu Jimin sunbae..”.
Jimin membuka pintu mobil dan memasukkan NaRa
dengan hati-hati. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Tak
segan-segan ia memencet klakson ketika ada kendaraan yang menghalangi laju
mobilnya. “Ya! Apa yang terjadi padamu?” Jimin meneteskan airmatanya karena
khawatir. Ia segera menggendong tubuh NaRa ketika sampai di Rumah sakit. Para
perawat meletakkan tubuh NaRa di kasur beroda dan membawanya ke ruang UGD.
Tiba-tiba ponsel NaRa yang Jimin pegang berdering. Bambam. “Cih! Namja brengsek
itu lagi.” Jimin segera mematikan handphone milik NaRa dan memasukkannya di
dalam saku celana yang ia kenakan.
“Kemana dia?” Bambam terlihat
frustasi dan mengacak-acak rambutnya.
“Oppa..” tiba-tiba seorang yeoja melingkarkan tangannya di perut namja berambut
pirang itu. “JaeRim-ah, sebaiknya kau pulang. JungKook pasti menunggumu.”
JaeRim melonggarkan pelukannya pada BamBam. “Kami hanya bertunangan. Kau tak
perlu khawatir, oppa.” Bambam menunduk sambil menghela napas berat. “Bukankah 2
bulan lagi kalian menikah?” yeoja itu menatap sendu Bambam. “Bisakah kau tak
membahasnya oppa?! Bukankah sudah kukatakan bahwa ia hanya barang taruhanku?
Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini.” Bambam memeluk JaeRim erat dan
mencium bibir yeoja itu. “Kalau begitu kita ke apartemenku. Kajja.” JaeRim
menarik tangan Bambam pergi dari bar. Tanpa mereka sadari seorang namja
berpakaian hitam mengabadikan kejadian itu dengan sebuah kamera. “Setelah ini
kalian akan ketahuan.” Ia pergi meninggalkan bar itu dan mengikuti mobil yang
digunakan Bambam dan JaeRim untuk pergi. “Jiminie~ bagaimana keadaan
adikku?”tanyanya saat menelpon seseorang. “Dia
baik-baik saja hyung. Hanya kecapekan. Oh, ya besok kita bertemu di cafe
biasanya bersama NaRa, Annyeong Hoseok hyung.” Ia mematikan sambungan
telephonenya.
“Mereka pergi ke apartemen yang
salah.” Hoseok menyeringai begitu mengetahui bahwa JaeRim dan Bambam menempati
apartemen miliknya. Ia keluar dari mobil dan berjalan di belakang sepasang
manusia yang menurutnya itu sangat menjijikkan. “Bukankah anda anak Presdir
Jung?” tanya seorang satpam. Hoseok hanya mengangguk dan tersenyum.
“Silahkan..” tatapan Hoseok menuju Bambam dan JaeRim yang memasuki lift sambl
berpelukan. “Selamat datang Tuan Muda.” Hoseok tersenyum ramah dan mendekati
wanita berusia 20 tahunan tersebut. “Tolong bantu aku.”
BamBam dan JaeRim berciuman diatas ranjang dengan
agresif. Seorang pelayan wanita memasuki kamar mereka dan memberi salam. “Ini
adalah pesanan anda nona.” Pelayan itu membungkuk dan tanpa mereka sadari
wanita itu menempelkan sesuatu di beberapa dinding. Pelayan itu keluar dan
langsung disambut oleh Hoseok. “Eottokhae?” pelayan itu tersenyum dan
mengangguk. “Ikut aku ke ruangan Presdir.” Pelayan itu membungkuk hormat dan
mengikuti langkah Hoseok memasuki lift. "Kalau boleh
saya tau siapa kedua orang itu, Tuan Muda? Apa mereka orang penting?"
Hoseok hanya menggelengkan kepalanya. "Namja itu adalah namjachingu
dongsaengku. Dan yeoja licik itu adalah tunangan temanku." Pelayan itu hanya
mengangguk. Lift terbuka. Hoseok berjalan diikuti pelayan itu menuju ruangan
appanya.
Keesokan harinya.
“Kim Na Ra!” panggil Jungkook.
Namja itu berlari diikuti Jimin dan Hoseok. “Waeyo?” JungKook merangkul pundak
NaRa sambil tersenyum. “Aku mencintaimu..” NaRa tertawa terbahak-bahak diikuti
JungKook. “Nado, aku juga mencintaimu Jeon Jung Kook pabo.” Jimin dan J-Hope
bingung dengan apa yang dimaksud oleh kedua maknae ini. “K-kalian saling
mencintai?” tanya Jimin tak percaya. “Ne, kami saling mencintai.” JungKook dan
NaRa tersenyum sambil menempelkan pipi mereka. “Aku sakit hati.” Jimin memegang
dada kirinya. “Yakk! Kami memang seperi ini dari SMP. Dia juga akan menikah, ya
kan oppa?” tanya NaRa sambil tersenyum. “Aku rasa kau lebih cocok dengan
SeulMi, JungKook-ah.” Ujar Hoseok tiba-tiba. “Hyung, kau ngomong apa sih. Aku
sebentar lagi mau menikah dengan JaeRim.” JungKook tersenyum canggung. “Oh,
SeulMi eonnie!” teriak NaRa. Seorang yeoja berambut coklat menoleh dan
tersenyum. “Annyeong, NaRa.” SeulMi tersenyum dengan lembut membuat jantung
JungKook berdebar-debar.
“Bagaimana kabarmu Jeon Jung
Kook? Kudengar kau akan menikah dengan JaeRim sunbae.” JungKook hanya tersenyum
canggung. Tiba-tiba JaeRim datang diikuti oleh BamBam dan SheeNa. “Hyung..”
NaRa menghampiri SheeNa dan memeluknya. “Aku merindukanmu. Mana oleh-oleh dari
Parisnya?” tanya NaRa antusias sambil memeluk manja SheeNa. “Kau dapat drum dan
sepatu baru.” SheeNa merangkul NaRa yang sedikit lebih pendek darinya. “Woah~
jinjja?” teriak NaRa antusias. SheeNa mengangguk mengiyakkan. “Gomawoyo…” NaRa
tersenyum lebar dan melompat-lompat kegirangan. ‘Sampai kapan lagi aku bisa melihat senyum itu?’ tanya BamBam dalam
hatinya. “Hyung..”panggil NaRa sambil mendongakkan kepalanya menatap SheeNa.
“Yakk! Kau masih memanggilku hyung. Wae?” NaRa mengerjapkan matanya
berkali-kali dengan imut. “Kau tidak merindukan Hoseok oppa?” Baik Hoseok
maupun SheeNa sama-sama terkejut mendengar pertanyaan NaRa.
“A-aku merindukannya kok..” NaRa
berdiri tegak dan menarik SheeNa mendekati Hoseok. “Oppa tolong foto kami ya?”
NaRa menyerahkan handphonenya kepada BamBam. Hoseok menarik Jimin mendekati
NaRa, sedangkan SheeNa menarik JungKook dan SeulMi. JungKook, Seul Mi, SheeNa,
NaRa, Jimin, dan Hoseok berfoto bersama. Untuk yang kesekian kalinya BamBam
melihat NaRa tersenyum. Tiba-tiba Jimin mencium pipi NaRa saat BamBam mengambil
photo terakhir dan berhasil membuat BamBam terdiam. “Yakk! Jimin pabo, kenapa
kau menciumku?” teriak NaRa kesal. “Sudahlah.. kajja kita ke kelas
masing-masing. Jimin, NaRa, SheeNa, JungKook kajja kita kelas. SeulMi, BamBam
dan JaeRim masuklah ke kelas kalian.” Akhirnya mereka pergi ke kelas masing-masing.
Saat NaRa duduk di bangkunya, ia
menemukan sesuatu di lokernya. “Mwoya?” sebuah perekam suara berpita warna biru
muda. “….” NaRa mengerenyit heran melihat kaleng itu. Ia memasang earphone dan
memencet tombol play. Yeoja itu terdiam ketika mendengar percakapan dua orang. “N-nugu?”
Ia terdiam dan focus untuk mengenali suara siapa ini. “JungKook oppa?” NaRa
terhenyak ketika mendengar nama JungKook disebut. “Wae?” Tiba-tiba JungKook
muncul di depan wajah NaRa. “A-aniyo.” NaRa langsung melepas earphone dari
telinganya. “Eumm…bisa temani aku ke ruang latihan? Aku bosan..” JungKook
mengangguk dan segera mengikuti langkah yeoja yang merupakan adik dari sahabat
karibnya itu. “NaRa-ya, wae geurae?” JungKook menyentuh bahu NaRa membuat yeoja
itu terdiam seketika. “Kapan oppa akan menikah?” JungKook mengerenyit heran
dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut NaRa. “Dua bulan lagi. Waeyo?” NaRa
menggeleng dan tersenyum. Tiba-tiba NaRa melihat BamBam dan JaeRim yang
berjalan kearah mereka membuat senyum NaRa menghilang dan berubah menjadi
tatapan tajam . “Eoh oppa..” teriak JaeRim. “JaeRim-ah.” JungKook tersenyum
melihat JaeRim datang. “Hyung kenapa kau
terus bersama JaeRim akhir-akhir ini?” BamBam kelihatan gugup setelah JungKook
bertanya pada namja imut itu. “I-itu karena kami ada tugas yang diberikan oleh
sonsaengnim. Kau tahu Park ssaem, kan?” JaeRim menjawab pertanyaan JungKook
yang ditujukkan untuk BamBam. “Ya! JungKook oppa bertanya kepada BamBam, kenapa
kau yang menjawab?” tanya NaRa ketus. “NaRa-ya wae?” JungKook menatap NaRa
sebentar lalu beralih lagi kepada BamBam dan JaeRim. NaRa berjalan menuju ruang
latihan meninggalkan JungKook yang tidak tahu apa-apa.
.
NaRa menangis di depan wastafel.
Ia menatap wajahnya sekali lagi yang sudah basah dengan airmata. Ia menunduk
sehingga airmata itu kembali terbuang lagi. Tiba-tiba sebuah cairan merah
menetes dari lubang hidungnya. Terus dan terus . Ia membersihkannya dengan air
dan menyumbatnya dengan tisu. “Sunbae..” panggil seorang yeoja. “E-eoh,
eottokhae? Kau ada berita apa?” tanya NaRa pada ketiga hoobae itu. “Mereka
kemarin bertemu di bar lagi dan berakhir di kamar VVIP.” NaRa tersenyum kecut. “Ini
adalah uang dan juga catatan matematika yang kalian butuhkan untuk semester
nanti.” Ketiga hoobae itu terkejut setelah mendengar ucapan NaRa. “A-aniyo
sunbae.” NaRa memberikan tas kecil berwarna biru muda. “Gomawo.” NaRa langsung
pergi dari toilet itu. Setelah ia pergi ketiga hoobae itu membuka tas yang
diberi NaRa dengan penasaran. “I-ini benar-benar uang yang banyak.” “Bukankah ini
catatan matematika yang kita butuhkan?” “Kita harus membalas kebaikan NaRa
sunbae.”. NaRa pulang ke rumah dan membolos pergi ke sekolah. Ia melepas baju
longgarnya dan menggantikannya dengan baju hitam di atas pusar. Celananya jeans
diatas lutut dipadu dengan sepatu warna putih. “Hufft. Aku harus bertindak
sendiri kali ini.” NaRa menyambar tas dan kunci mobil lalu pergi.
NaRa pergi ke salon temannya
untuk mengganti warna rambut. “Yo! Kau sudah lama tidak kesini.” Sapa seorang
namja. “Jackson, aku ingin mengganti warna rambutku.” Jackson menerka-nerka
warna yang cocok untuk NaRa. Ketika sampai di bar, banyak namja bahkan ahjussi
yang menatap NaRa takjub. Pasalnya, gadis itu memakai celana jeans, baju hitam
diatas pusar dengan tali penghubung yang kecil, dan rambut pirangnya yang
indah. NaRa mengumpat kesla telah menuruti saran Jackson saat memilih baju. “Akan
kubunuh kau setelah keluar dari sini, Jackson.” Umpat NaRa kesal. “Hai, nona.
Ada yang bisa kubantu?” tanya seorang bartender. “Hey, Mino. Dimana Jin dan
Mark oppa?” tanya NaRa asal. “Apa yang membuatmu lupa bahwa aku ini lebih tua
darimu?” NaRa menatap Mino dengan kesal. “Persetan dengan itu, diman mereka?”
NaRa meminum white wine yang berkadar alcohol tinggi tanpa rasa ragu. “Itu
mereka.” NaRa langsung pergi menemui Jin dan Mark di ruang VVIP. “Hey.” Sapa NaRa
kepada kadua namja itu. “Eoh, kau. Sudah lama tidak kesini.” Sapa Jin ramah. “Pesankan
aku meja.” Mark menarik tangan NaRa untuk mengikutinya. “Duduklah disini.” Mark
mendudukkan NaRa di sebuah sofa kosong. “Aku tahu. Pasti white wine 5 botol.
Tenanglah disini.” NaRa hanya tersenyum mendengar perkataan Mark yang seperti
sudah hapal kebiasaanya ketika disini.
NaRa pov.
“Bisakah kau mencarikan kami
tempat duduk?” suara itu sangat familiar di telingaku. Aku langsung memberi
kode pada Jin. “Duduklah disini, tuan.” Kini aku tersenyum puas ketika
mendapati BamBam dan JaeRim duduk di sampingku. “Oppa.. kita ke kamar saja…”
rengek JaeRim. Uh menjijikkan sekali. Mereka pergi menuju kamar VVIP, dan
kesempatan itu kugunakan dengan mengambil photo mereka di kameraku. Aku sangat
sakit hati saat mengambil photo ini. Mereka berciuman, berpelukan, dan akhirnya
berakhir dengan mereka yang sudah tidak tampak di balik pintu itu.
Aku pulang ke rumah
dengan keadaan yang kurang baik. Kepalaku berdenyut, mungkin karena minum tadi.
Tapi tidak biasanya kepalaku sakit sampai seperti ini. Aku memasuki halaman
rumah dan melihat Park ahjussi menunggu di luar. “Eo.. ahjussi. Ini kuncinya.
Oppa sudah pulang?” tanyaku pada pria paruh baya itu. “Ne, nona muda.” Pria itu
menerima kunci dari ku dan memasukkan mobil ke garasi. “Kau habis dari mana,
NaRa?” Aku terkejut saat melihat Hoseok oppa duduk di ruang tamu dengan keenam
temannya yang menyebalkan itu. “Dia tadi dari bar tempatku bekerja, Hoseok-ah.”
Jin, aku akan membunuhmu karena memberi tahu Hoseok oppa. Ah dan sekarang
oppaku menatap tajam dan berjalan kearahku. Aku kira dia menampar atau
memukulku. Tapi dugaanku salah, ia memelukku sekarang. “Kau itu sedang sakit,
mana boleh minum minuman keras, NaRa. Tolong menurutlah.” Aku hanya mengangguk.
“Oppa.. kepalaku sangat sakit.” Lirihku. “Sebentar, aku antar adikku dulu
keatas. Kajja.” Ia menggendongku dan aku hanya bisa terpejam. “Cepatlah tidur.
Besok, kan hari libur dan kita akan ke rumah sakit lagi.” Rumah sakit? Lagi?
Yang benar saja. Aku tidak mau menghirup tempt berbau obat-obatan itu lagi. “Oppa,
shireo.” Rengekku manja. “NaRa, mengertilah.” Ok kali ini aku menuruti
kata-katanya. “Arraseo.” Aku memejamkan mataku dan bisa kurasakan ia memeluk
lalu mencium keningku. “Jaljayo.” Dan aku rasa lampu sudah mati.
Author pov.
Sudah 1 bulan lebih
NaRa mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhan yang dijalin oleh JaeRim dan
BamBam. Dan selama itulah kanker yang dialami NaRa sedikit demi sedikit
menggerogoti tubuhnya. Hari ini JungKook, Jimin, SheeNa, dan Hoseok berjalan
bersama ke kampus. “NaRa akan sembuh kan hyung?” tanya Jimin kepada Hoseok. “Mm..”
Hoseok hanya membalas dengan gumaman. “BamBam dan JaeRim kenapa dekat sekali 4
bulan ini?” tanya SheeNa bingung. “Eo.. katanya mereka ada tugas dari Park
sonsaengnim.” Sahut JungKook. “Hyung bisa kita bicara sebentar?” Jimin
menyentuh bahu Hoseok. “Arraseo. Aku pergi bersama Jimin dulu, ya?” Hoseok dan
Jimin berjalan melewati koridor dan berhenti di atap. “Ini sudah keterlaluan.”
Hoseok hanya terdiam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Jimin. “NaRa
juga sudah tahu akan hal itu.” Jimin memejamkan matanya dan membukanya kembali
sambil mengeluarkan helaan napas kecewa. “Kita harus hentikan ini semua.
NaRa pergi dari rumah sakit
untuk kembali ke rumahnya. Ia memakai baju hitam dibalut oleh jaket berwarna
hitam pula. Ia mengendarai mobilnya menuju apartemen BamBam untuk meminta
penjelasan. Sesampainya disana ia menatap pintu itu dengan lamat. Ia mengetuk
pintu namun tak ada jawaban. Begitupun seterusnya. Terpaksa ia menggunakan
password yang diberikan oleh BamBam beberapa bulan lalu. “Oppa..kalau aku hamil
bagaimana?” lirih JaeRim. “Aku akan bertanggung jawab JaeRim. NaRa menatap
sendu mereka dan membuang napas setenang mungkin. Ia bertepuk tangan sekeras
mungkin hingga kedua insan itu menoleh. “Hebat kalian sudah melakukannya.” NaRa
tersenyum mengejek. “N-NaRa.. apa yang kau lakukan disini?” tanya JaeRim. “Harusnya
aku yang bertanya! APA YANG KAU LAKUKAN DI APARTEMEN KEKASIH TEMANMU SENDIRI,
JAERIM-SSI?!” teriak NaRa. “Kali ini aku sudah punya buktinya dan akan
kuserahkan kepada JungKook oppa dan yang lain.” NaRa berbalik.
DORR
DORR
DORR
BamBam menembak NaRa dengan
pistol yang ia simpan di lacinya. NaRa terduduk bersender pada dinding menahan
rasa sakit di bahu kirinya. “A-apa yang kau lakukan?! Lirih NaRa. “Kau jangan
berani-berani melaporkan atau memberi tahu orang lain tentang ini. “Persetan.”
NaRa berdiri dan pergi menuju pintu. Namun tangan BamBam menariknya hingga
jatuh. NaRa menendang perut BamBam dan memukul wajah JaeRim yang juga memegangi
lengannya. Ia melepas jaket hitamnya dan berlari menuju lift. “Kejar dia oppa.”
Teriak JaeRim panik. NaRa berlari keluar dengan terhuyung-huyung menahan rasa
sakit yang menjalar di tubuhnya. “SeulMi–ya!!” teriak NaRa ketika melihat
SeulMi keluar dari supermarket. Merasa namanya dipanggil, SeulMi menoleh dan
BRAKK
Sebuah mobil hitam menghantam
tubuh NaRa ketika yeoja itu hendak menyebrang jalan. Tubuh NaRa terpental cukup
jauh dan mobil itu langsung pergi. Banyak orang yang mengerubungi NaRa karena
tabrak lari itu. “NARA!!” teriak SeulMi panik. “WAE GEURAE?” SeulMi mengguncang
tubuh NaRa.“Mintalah rekaman CCTV dari petugas apartemen BamBam. Semuanya ada
di situ.”NaRa memuntahkan darahnya dan tersenyum melihat SeulMi. “NaRa!”
panggil SeulMi ketika NaRa menutup matanya.
Hoseok dan yang lain langsung
menuju Seoul Hospital ketika mendengar kabar dari SeulMi bahwa NaRa mengalami
kecelakaan. “SeulMi-ah. Wae geurae?! WAE GEURAE!!” Dokter keluar dari ruangan
bercat putih itu. “Uisa-nim..” panggil Hoseok. “Maafkan kami.” Kaki Hoseok
langsung lemas mendengar penuturan dokter. “BamBam.” Panggil SeulMi. “Dialah
penyebab semua ini.” “MWO?!” ujar Hoseok tak percaya.
BamBam’s apartemen.
“Oppa, bagaimana bisa kau
menabraknya?Bagaimana kalau dia mati?” JaeRim panik saat BamBam menabrak tubuh
NaRa tadi. “Itu akan lebih baik. Tidak ada orang yang tahu.” BamBam memeluk
JaeRim erat. “Angkat tangan kalian!” tiba-tiba apartemen BamBam dipenuhi oleh
polisi bersenjata. “Kalian di tetapkan sebagai tersangka pembunuhan Kim Na Ra.”
BamBam dan JaeRim benar-benar terjebak saat ini. “Pembunuh.” Hoseok datang
diikuti JungKook dan yang lain. “JungKook oppa…” teriak JaeRim. “Bawa mereka!”
BamBam dan JaeRim diseret polisi. “Aku tidak menyangka.” JungKook menangis
sejadi-jadinya di situ.
4 tahun kemudian.
Hoseok, SheeNa, Jimin, SeulMi,
dan JungKook sedang duduk di taman yang hijau dengan perasaan campur aduk. “Kapan
kau mencari pengganti?” tanya Hoseok pada Jimin. “Molla hyung,dia masih di
sini.” Jimin memegang dada kirinya dan memejamkan matanya. “Mungkin dia sudah
tenang disana.” JungKook memeluk SeulMi, sedangkan Hoseok memeluk SheeNa.
Jimin? Ia sendirian. “Long time no see.”ujar seorang yeoja berkaca mata menatap
mereka dari belakang. Sontak kelima orang itu menoleh. “Annyeong.” Sapanya sambil
melepas kacamata. “NARA?!” ujar mereka berlima tak percaya. NaRa hanya tersenyum tulus sambil menahan airmata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar