Senin, 29 Februari 2016

FF GOT7 Romance // My Bad Girl~Chapter 1










Title                 : My Bad Girl
Main Cast        : Kim Na Ra, BamBam
Support Cast    : GOT7’S member, other.
Genre              : Sad, love, kekerasan, romance, school life.




‘You is my bad girl.’




Author pov.


Seorang yeoja sedang duduk di sofa pada salah satu bar di kota Seoul. Di meja itu terdapat 5 botol, dan 4 botol minuman yang sudah kosong karena ia minum. Ia sudah mabuk berat. Matanya pun hanya bisa melihat sekilas apa yang terjadi disini. “Nona.” Panggil seorang namja. “Ah~ BamBam. Aku sakit hati, aku sedang sakit hati. Biarkan aku mati, BamBam.” Racau yeoja itu. “Nona NaRa tidak boleh berkata seperti itu. Masih ada saya dan ke-6 teman saya, nona.” Ujar BamBam. “Aku mau mati rasanya.” NaRa menuangkan wine ke gelasnya dan hendak meminumnya, namun BamBam segera menarik gelas itu dan meletakkannya di meja. “Nona harus pulang.” BamBam segera menggendong NaRa bridal style menuju ke mobil van hitam. BamBam mengetuk kaca mobil pelan, seketika kaca itu terbuka dan menampilkan sorang namja berambut silver. “Apa nona NaRa mabuk berat?” tanya namja itu. “sangat, JB hyung.” JB membuka pintu mobil lewat tombol yang berada di sampingnya. “Cepatlah.” Ujar JB.
           
Saat dalam perjalanan pulang NaRa meracau kembali. “Appa dan eomma jahat. Kenapa kalian bercerai?” hiks…eomma appa….” Racaunya sambil menangis. BamBam memeluk NaRa yang sedang sedih. Ia mengerti apa yang sedang dirasakan nonanya saat ini. Tiba-tiba tangan NaRa juga memeluknya dan meracau kembali. “Apakah aku sendiri di dunia ini, BamBam?” Matanya basah dengan airmata yang masih menggenang. “Aniyo, nona. Masih ada kami disisimu.” BamBam juga ikut menangis melihat keadaan nonanya. Setelah sampai, BamBam menggendong NaRa memasuki rumah. Ia disambut oleh beberapa orang lelaki berjas hitam. “Apa yang terjadi padanya, hyung?” tanya Yugyeom. “Nona mabuk berat.” BamBam melanjutkan langkahnya menuju tangga untuk membawa NaRa ke kamarnya.
.


BamBam pov.

Aku sangat sedih melihat nonaku yang masih sangat muda ini harus menerima bahwa kedua orangtuanya bercerai. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan keduanya berpisah, yang jelas Tuan Kim hanya menyuruhku dan ke-6 temanku untuk menjadi bodyguard serta teman dan pelayan NaRa. Tuan Kim adalah orang yang sangat kaya. Nama lengkapnya adalah Kim Sang Bum, pemilik perusahaan terbesar di Korea yang merupakan tandingan dari Cho’s Corp dan Lee Company. Tidak hanya di Korea, ia juga membangun beberapa perusahaan besar di beberapa Negara. Istrinya Goo Hye Sun adalah pemilik butik terbesar di Korea. Ia memiliki banyak cabang di berbagai Negara, yang membuatnya harus bolak-balik luar Negeri untuk mengurus butiknya. Sedangkan NaRa, ia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Anak tertua bernama Kim Jong Woon, kedua Kim Joon Myeon, ketiga bernama Kim Jinwoo, dan yang terakhir adalah dirinya. Ketdua kakaknya menetap di Negara yang berbeda untuk membantu Tuan Kim dalam mengurus perusahaannya. Mereka hidup terpisah saat ini, itulah yang membuat Tuan Kim menyewa kami untuk menjaga nona NaRa dan tuan Jinwoo.
       
“BamBam, apakah aku harus mati?” racau nona NaRa. “TIDAK BISAKAH NONA BERHENTI BERHARAP MATI?! KAMI DISINI BERSAMAMU NONA!!! KAMI TIDAK MENINGGALKAN NONA!!” bentakku. Oh tidak, aku membuatnya menangis. “Kenapa kau masih mempertahankanku untuk hidup?! Kau ingin menyiksaku dalam dunia yang kejam ini?! Begitukah maksudmu?!” kali ini ia yang berteriak.  Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampilkan ke-6 temanku. “Ada apa ini, BamBam?” JB hyung bertanya sambil mengangkat kerah bajuku. “Jangan tanyakan padaku, tanyakan saja pada nona NaRa.” aku melepas kedua tangan JB hyung yang mengangkat kerah bajuku. Kulihat Yugyeom sedang memeluk nona NaRa yang sedang menangis. “Seharusnya kau mengerti keadaan nona, BamBam.” Jackson hyung menatap tajam kearahku, aku tidak merasa salah sama sekali. “Kendalikan emosimu BamBam, jika kau ingin terus bersama kami.” Kali ini JR hyung juga menimpaliku. “Jadi kau ingin mengusirku, hyung?” teriakku. “BamBam hentikan.” Kulihat sekilas Mark hyung yang berteriak kepadaku. “Terserah kalian.” Aku keluar dan menutup pintu dengan keras.

Keesokan harinya.


Author pov.


NaRa bersiap-siap pergi ke sekolah. Ia turun melewati tangga dengan merosot pada pegangan yang ada di samping tangga. “Nona hati-hati.” Tiba-tiba Youngjae muncul dan menangkap NaRa yang hampir jatuh lalu menurunkannya dengan hati-hati. “Gamsahamnida, oppa” NaRa tersenyum dan berlari menuju meja makan. “Aku hanya ingin makan buah dan minum jus jeruk.” NaRa meminta pada Mark yang berdiri di sebelahnya. “Sebaiknya nona makan nasi dulu. Nona boleh makan buah setelah makan nasi dan minum susu.” Tegur Mark. “Apakah oppa tidak melihat tv? Disana dijelaskan bahwa kita harus makan buah sebelum makan nasi karena itu baik untuk kesehatan.” Mark tersenyum canggung. “Palli, oppa.” NaRa melakukan aegyo di depan Mark. “Baiklah, nona.” NaRa tersenyum puas. “Apakah semalam Jinwoo oppa pulang?” tanya NaRa sambil memakan apelnya. “Aniyo, nona. Tuan muda semalam tidak pulang lagi.” NaRa menaruh apelnya di meja dan meninggalkan ruang makan dengan hati yang kacau.

**

“Eottokhae? Eottokhae? Eottokhae?” SheeNa sedang berjalan mondar-mandir sambil memukul kepalanya. “Yakk! Lee Shin Ah. Apa yang kau lakukan?” NaRa datang sambil merangkul pundak SheeNa. “Ada sesuatu yang harus kukatakan kepadamu dan anggota gank lainnya.” NaRa mengerenyit heran sambil melepaskan rangkulannya pada pundak SheeNa. “Katakan saja padaku disini.” SheeNa terlihat menghembuskan napasnya dengan berat. “Kau tau gank Phoenix? Mereka menantang kita malam ini.” NaRa hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. “Jadi dimana lebih tepatnya?”.”Distrik 12.” Seketika itu juga anggota gank mereka berkumpul untuk membicarakan pertarungan yang akan dilakukan di Distrik 12.

.
.

 “Oppa, aku mau keluar dulu, ne?” NaRa membungkuk pamit pada JB. “Eoddi?” JB memegang tangan NaRa erat. “A-aku mau ke rumah SheeNa. Ne ke rumah SheeNa.” JB menajmakan matanya mencari kebohongan di mata NaRa. “Arraseo, nona harus pulang sebelum pukul 9 malam.” NaRa tersenyum dan langsung pergi. “Nona, tuan muda akan pulang pukul 12 malam.”. Di depan rumahnya, SheeNa sedang menunggunya dengan anak buahnya yang menggunakan motor. SheeNa langsung mundur sedikit kebelakang dan NaRa menjadi pengemudinya. NaRa mulai memakai helm hitamnya dan menghidupkan motor.

*

“Ternyata ini ketua gank Dark Knight. Lumayan cantik untuk sorang namja.” Yongnam menatap NaRa dengan tatapan meremehkan. “Kau, apakah kau ketua dari gank phoenix?” NaRa membuang puntung rokok yang tinggal setengah dan menginjaknya.  “Apa kau sedang meragukanku sebagai seorang pemimpin?” Yongnam menyeringai dengan menakutkan. “Santai saja. Aku hanya bertanya, dan kurasa tanpa dijawab pun aku sudah tahu jawabannya.” Kali ini NaRa yang menyeringai. Tiba-tiba tatapan mereka berubah menjadi tajam menatap satu sama lain. Hujan deras pun juga menambah kesan sengit diantara mereka semua. “Habisi mereka!” teriak Yongnam. Mereka mulai maju dan memukul wajah lawan dengan keras. Lebam dan darah juga menghiasi tubuh mereka.
         
                NaRa sedang berdiri dengan menatap tajam Yongnam yang juga sedang menatapnya dengan tatapan meremehkan. “Nappeun saekki-ya!” teriak NaRa ia berlari dengan menatap Yongnam yang juga berlari kearahnya.

BUGGH.
  
NaRa berhasil memukul wajah Yongnam dengan keras sehingga pelipis Yongnam berdarah. “Pukulanmu kuat juga, ne?” Yongnam mengusap pelipisnya dengan kasar. “Mau mencobanya lagi, tuan muda Kang?” NaRa tersenyum penuh kemenangan. “Brengsek, berani-beraninya kau!” Yongnam mulai memukul wajah NaRa yang terlihat lengah, ia memukul NaRa bertubi-tubi. NaRa menendang Yongnam dengan keras sehingga namja itu terhuyung kebelakang dan jatuh. Ia naik ke dada Yongnam dan mengunci kedua tangan Yongnam dengan kedua lututnya. Tangannya memukul wajah Yongnam dengan keras, Yongnam terkapar dengan bersimbah darah.

BRRAK.

            Tiba-tiba NaRa limbung ke kanan karena punggungnya dipukul dengan kayu oleh anak buah Yongnam. 4 orang namja mengeroyoknya habis-habisan. Salah satu namja memukul kaki NaRa dengan tongkat baseball. Ia memukul kaki NaRa berkali-kali dan menginjak bagian tulang rusuk kiri NaRa. Mata NaRa membesar ketika perutnya diinjak berkali-kali. Ia merasakan sakit di bagian tulang rusuknya. Sampai namja itu memukul kepala NaRa hingga berdarah dan NaRa pingsan. Gerombolan Yongnam pergi meninggalkan NaRa dan terkapar. Beberapa anak buahnya yang masih bisa berdiri menghampirinya. “Eottokhae? NaRa-ssi ireona. NaRa-ssi.” Panggil SheeNa. Ia segera menelpon BamBam, “Yoboseyo. Oppa kemarilah, palli. NaRa sedang sekarat. Kami di distrik 12 oppa. Ne, palli.” SheeNa menangis sejadi-jadinya melihat keadaan NaRa yang penuh lebam dan bersimbah darah. 

*

“Apa yang terjadi pada yeoja itu sebenarnya?” tanya dokter Park. “Dia dipukuli habis-habisan dengan tongkat baseball oleh beberapa namja.” SheeNa menjelaskan dengan tangan bergetar. “Apa perut dan bagian rusuknya diinjak?” SheeNa mengangguk sambil menangis. “Tulang rusuk kirinya patah, dan kedua tulang kakinya juga patah. Tulang lehernya agak retak, disertai kulit kepalanya yang robek.” SheeNa menangis tersedu-sedu mendengar apa yang terjadi pada NaRa. Ia keluar dari ruangan tersebut sambil menangis. Saat keluar dari ruangan tersebut JB langsung menanyakan apa yang terjadi pada NaRa dengan khawatir. Ketujuh namja tersebut hanya bisa melongo mendengar apa yang terjadi pada nona mereka. JB menghubungi Tuan Kim dan Nyonya Kim. Sedangkan Mark menelpon ketiga kakak NaRa. BamBam memberi kabar kepada Jinwoo kalau NaRa berada di rumah sakit, setelah itu ia langsung berlari menuju ruangan tempat NaRa dirawat dengan perasaan khawatir. 

.
.

NaRa membuka matanya dengan perlahan. “Nona. Apakah nona baik-baik saja?” BamBam mendekati NaRa yang mulai membuka matanya. “Leherku tidak bisa digerakkan.” NaRa mencoba untuk menggerak-gerakkan lehernya. “Itu karena di leher anda diberi gips, nona.” BamBam duduk di tepi ranjang dan mengelus pipi NaRa. “Apa Jinwoo oppa tidak menjengukku?” tanya NaRa dengan mata memerah. “E-eo tadi tuan muda kesini nona. I-iya tadi tuan muda Jinwoo kesini menjenguk nona.” Ujar BamBam kaku. ‘Kau fikir aku tidak tau oppa? Aku bisa melihat semua kebohonganmu di matamu dan aku bukanlah yeoja bodoh.’ NaRa mencoba tersenyum dengan lembut.

CUP

BamBam mencium kening NaRa yang sukses membuat yeoja itu menampakkan semburat merah di wajahnya. “Y,yakk oppa. Apa yang kau lakukan?” NaRa mengerjap dengan cepat. “Aku mencium kening nona agar nona NaRa cepat sembuh.” BamBam memeluk NaRa dengan erat. “Aku tidak ingin nona sakit. Jadi nona harus cepat sembuh.” BamBam melepaskan pelukannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah NaRa.

“Nona NaRa!!!! Aku bawakan ice cream vanilla blue kesukaanmu!!!” teriak Yugyeom yang masuk ke kamar NaRa dengan teriakan yang menggelegar, tak lupa juga sekotak ice cream di tangan kanannya. Terpaksa BamBam harus menjauhkan wajahnya dengan rahang yang mengeras. BamBam menghela napas berat sampai-sampai Yugyeom mendengarnya. “Waeyo? Apa aku mengganggu kalian?” tanyanya polos.

BamBam pov.

Pabo. Pabo. Pabo. Kim Yugyeom pabo!!!!!! Tentu saja kau mengganggu kami. Ah~ padahal hampir saja aku mencium nona NaRa. Tidak!!!! Moment berhargaku terpaksa terhentikan karena kehadiran namja polos ini. Ya Tuhan, apa salahku hingga kau menitipkanku seorang dongsaeng yang terlalu polos ini???! “Aniyo, aku tadi hanya ingin membersihkan debu di wajah nona NaRa.” Yugyeom mengangguk mengerti dengan bibirnya yang membentuk huruf o. “Jadi, apa yang kau bawa untukku, Yugyeom oppa?” tanya nona NaRa. “Aku membeli ice cream vanilla blue di kedai ice cream biasanya. Kau mau mencobanya, nona?” tanya Yugyeom sambil membuka kotak itu. “ Nona NaRa sedang sakit, jadi tidak boleh makan ice cream.” Aku menarik kotak ice cream tersebut dari tangan Yugyeom. “Yakk! Oppa nan gwenchana.” Ya ampun, nona. Sekarang bukan waktunya ber-aegyo. Kau juga harus mementingkan kesehatanmu untuk kedepannya. “Oppa.” Kali ini ia memanggilku dengan sebutan oppa dengan manja. “Arraseo nona. Tapi kalau terjadi apa-apa aku tidak mau bertanggung jawab.” Nona NaRa mengangguk dan Yugyeom segera menarik kotak ice cream di genggamanku. “Aku mau pergi mencari camilan.” Aku melenggang pergi dengan hati yang kurang baik. Saat aku keluar dari kamar nona, kulihat dari jendela ia sedang disuapi oleh Yugyeom dan ia terlihat sangat senang sekali. Ah~ cintaku bertepuk sebelah tangan, mirisnya nasibku ini.

Author pov.

BamBam memasuki bar dengan hati hampa. “Yo, BamBam. Kau kenapa?” tanya seorang bartender. “Mino-ssi aku patah hati.” Mino menuangkan wine pada gelas BamBam. “Kau masih mengharapkah nona kesayanganmu itu?” Mino duduk di depan BamBam sambil menaruh botol wine di dekat BamBam. “Ne, kau tahu baru kali ini aku merasakan yang namanya jatuh cinta.” BamBam meneguk segelas wine itu tanpa bersisa. “Geurom, bagaimana dengan Taeyeon noona?” BamBam mengangkat kepalanya saat Mino menyebut nama ‘Taeyeon’ di depannya. “Jangan bicarakan yeoja itu lagi di depanku.” BamBam menuangkan wine lagi ke gelasnya. Ia terus minum. Minum. Dan minum sampai botol ke-4 habis. “Kau tidak bisa minum lebih banyak lagi, BamBam-ssi.” Mino menurunkan gelas yang diangkat BamBam. “Aku akan mengantarmu pulang.” Mino memapah BamBam menuju mobilnya dan menancap gasnya. “Kau itu memang gila, ya?” gumam Mino.

~o0o~

Hari ini NaRa diperbolehkan pulang, tapi ia harus memakai gips di lehernya dan duduk dikursi roda karena kedua tulang kakinya . Ia dilarang bersekolah dulu karena sedang sakit. Tidak ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada yeoja itu. JB mengatkan pada Kepala Sekolah bahwa NaRa mengalami kecelakaan parah saat pulang sekolah. Dan itu yang membuat semua orang percaya bahwa NaRa mengalami kecelakaan. Padahal tidak.
            
NaRa duduk di ruang makan dengan tatapan kosong. Di depannya ada semangkuk bubur dengan susu vanilla sebagai minumannya. Di rumah ini NaRa sendirian, karena ke-7 oppanya sedang pergi menjemput Tuan Kim, Nyonya Kim, dan kedua anaknya. Ia tak menyentuh makanan itu sedikitpun. NaRa menempelkan kedua telapak tangannya diatas meja makan, ia mencoba berdiri dan sekali merintih menahan rasa sakit

BRUUK.

Ia terjatuh dan menangis meratapi nasibnya yang kini tidak bisa berjalan. Tiba-tiba ada seseorang yang mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di kursi roda kembali. “Jinwoo oppa.” Lirihnya. Jinwoo menoleh dengan seukir senyuman di wajah tampannya, ia langsung menangis dan memeluk NaRa. “Mianhae. Jeongmal mianhae. Aku memang oppa yang bodoh, aku tidak bisa menjaga adik perempuanku yang masih kecil.” Jinwoo memeluk NaRa yang juga menangis. “Aniyo oppa. Oppa tidak salah apa-apa.” Tiba-tiba Jinwoo terhuyung kebelakang. “Kau memang brengsek.” Tuan Kim memukul wajah Jinwoo berkali-kali. Key dan Suho mencoba menarik Tuan Kim ke belakang agar berhenti memukul wajah Jinwoo. “Lepaskan aku. Lepaskan aku. Anak ini memang harus mati.” Wajah Jinwoo penuh lebam dan hidung serta pelipisnya mulai berdarah. “Andwe, appa. Jangan sakiti JInwoo oppa.” NaRa berusaha turun dari kursi rodanya, namun Suho mencegahnya dengan memeluk NaRa sambil berlinang airmata.
           
“Bawa dia ke rumah sakit, sepertinya dia pingsan.” Tuan Kim meninggalkan tubuh Jinwoo yang penuh lebam. “Suho mengangkat tubuh NaRa menaiki tangga menuju kamarnya, sedangkan Key membawa Jinwoo ke rumah sakit. “Oppa, apakah Jinwoo oppa akan baik-baik saja?” NaRa memegang tangan Suho yang hendak meninggalkannya. Suho berbalik menghadaapnya dan berkata. “Jinwoo akan baik-baik saja, ayah tak mungkin akan membunuh anaknya sendiri. Eoh bersiap-siaplah nanti malam kita akan bertemu dengan keluarga baru.” Suho mengecup singkat puncak kepala NaRa dan meninggalkannya. NaRa mengambil laptopnya di kasur dan menhidupkannya. “Eomma.” Lirihnya. “NaRa-ah gwenchana? Kenapa dengan matamu? Apa kau menangis?” Eomma NaRa khawatir melihat anaknya dari videocall tersebut. “Eomma, jenguklah Jinwoo oppa di Rumah Sakit Seoul. Appa hampir membunuhnya tadi.” Eomma NaRa shock. “Aku akan menjenguknya sekarang, kalau begitu annyeong.” NaRa menutup laptopnya dan tidur.


4 days later.


Hari `ini luka NaRa sudah kembali pulih namun berbeda dengan Jinwoo yang masih terbaring di rumah sakit. NaRa menjenguknya saat Tuan Kim tidak ada di Seoul. “Oppa kapan oppa pulang?” NaRa mengupas kulit jeruk sambil bertanya kepada Jinwoo. “Molla.” Jinwoo mengusap pelan kepaa NaRa. “Oppa sebenarnya aku sakit itu karena aku berkelahi dengan Yongnam si anak Busan itu.” NaRa menahan airmatanya. “Gwnchana. Selama appa tidak tahu semua akan baik-baik saja. “ tiba- tiba pintu terbuka. “Siapa yang tidak tahu mengenai itu?!” Tuan Kim datang dengan beberapa bodyguard serta seorang wanita dan seorang namja. “A-appa. Kapan appa pulang?”NaRa menyembunyikan tangannya yang bergetar. “Ikut akuke rumah.” Ujar Tuan Kim. “Appa. “lirih NaRa. “Ikut aku ke rumah!” Jinwoo memeluk NaRa yang sedang ketakutan. Tiba-tiba tuan Kim menarik rambut NaRa dan menyeretnya. “Kalian awasi Jinwoo sampai aku kembali ke sini!” keempat bodyguard itu membungkukkan tubuhnya. “Appa jangan bawa NaRa ke rumah. Dia masih menjengukku.” Jinwoo memegang tangan NaRa. Tuan Kim menarik rambut NaRa dan menyeretnya keluar. “OPPA!” teriak NaRa. Para pasien dan petugas rumah sakit terheran melihat NaRa sedang diseret oleh Tuan Kim.

.
.

PLAKK


Tuan Kim menampar NaRa saat tiba di rumah. “Kau tahu? Kau itu yeoja, bukan namja!” teriak Tuan Kim. “Kalau aku namja itu artinya aku boleh berkelahi?” tanya NaRa balik. Tuan Kim mengambil tongkat baseball. “Berdiri!” Tuan Kim mengangkat tubuh NaRa untuk berdiri dan memukul kakinya. “Katakan kalau kau bersalah.” NaRa tetap diam. Tuan Kim memukul bahu, punggung dan kaki NaRa sampai malam. Kini yeoja itu tengah terbaring dikasur dengan keadaan terbalik. Suho memijat badannya setelah dipukuli oleh Tuan Kim. “Kira-kira berapa kali appa memukulku dengan tongkat baseball? Beribu-ribu kali?” tanyanya pada Suho. “Sebaiknya kau ikuti apa kata appa. Kalau begitu ayo kita ke bawah untuk makan malam, hari ini menunya adalah ayam. Kajja.” Suho memapah tubuh NaRa.

.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Tuan Kim dingin. “Aku mau makan. Wae?” Tuan Kim tersenyum remeh. “Siapa kau berani makan di meja makan ini? Kau bukan anakku.” NaRa terperangah dengan ucapan Tuan Kim. NaRa menghempaskan seluruh makanan di meja itu dengan perasaan marah. “Jadi kenapa kau masih mau menerimaku di keluarga ini?” NaRa menarik kerah baju Tuan Kim. Tuan Kim menampar NaRa dengan keras. “Aku ini appamu! Bukan temanmu!” teriak Tuan Kim. “Mwo?! Kau bilang aku bukan anakmu, tapi kenapa kau mengaku sebagai appaku?!! Appaku telah mati!!” Tuan Kim menampar NaRa dengan keras sekali lagi dan mengambil tongkat baseball. “KAU MAU MEMUKULKU?!! PALLI PUKUL AKU LAGI. PALLI PUKUL AKU LAGI!! PALLI! KAU BUKAN APPAKU, KAN? PALLI!!”

BRAKK.

Tuan Kim memukul kepala NaRa dengan tongkat baseball. Seluruh orang disana terkejut bukan main. Baru kali ini mereka melihat Tuan Kim memukul anaknya di bagian kepala dengan tongkat baseball. NaRa limbung dan jatuh, tapi ia berdiri lagi dengan darah yang keluar dari kepalanya. “PALLI!! BUNUH AKU DENGAN TANGANMU KIM SANG BUM! BUNUH AKU!” Tuan Kim menatap Nara tajam dengan mengeratkan genggamannya pada tongkat baseballnya. “Cukup! Kembali ke kamarmu sekarang!” tiba-tiba NaRa pingsan dengan darah yang terus keluar dari kepalanya. Semua orang disana terkejut, tak terkecuali Tuan Kim. Key dan Suho mengangkat tubuh NaRa keluar dari rumah menuju mobil.
             
“Apa yang kau lakukan? Dia itu anakmu, appa!!” Key kali ini juga membela NaRa. “Aku menyesal telah ikut denganmu. Kali ini kami akan ikut eomma, silahkan nikmati harimu dengan istri dan anak-anak barumu, Kim Sang Bum.” Sambungnya dan langsung pergi. “Apa yang harus kami lakukan, tuan?” tanya JB. “Cari namja bernama Yongnam. Dan suruh dia bertemu denganku di restoran Italia besok malam.” Ujar Tuan Kim dan langsung pergi. JB dan yang lainnya membungkuk hormat setelah kepergian Tuan Kim. “Kajja menjenguk NaRa.” Ajak BamBam tapi Yugyeom memegang tangannya. “Aniyo, hyung. Tuan menyuruh kita untuk mencari Yongnam, kita bisa menjenguk nona saat tugas selesai.” Yugyeom berkata tegas dengan menatap tajam BamBam. “Tapi..”.”BamBam, kali ini menurutlah.” Jackson juga menatap tajam kearah BamBam. “Arraseo.”BamBam pasrah dan menuruti perintah Tuan Kim.

.
.

“Aku akan mengurus kepindahan kalian ke America besok.” Nyonya Goo mengelus pelan kepala NaRa. “Eomma.” Mata NaRa perlahan membuka. “NaRa, kau sudah sadar? Syukurlah.” Nyonya Goo memeluk erat NaRa. “Besok Key, Suho, Jinwoo, dan uri NaRa akan pindah ke America. Jadi berkemaslah.” Nyonya Goo menyuruh Key dan Suho mengemasi barang mereka di rumah. “Ne, eomma.” Key dan Suho bergegas keluar. “Aku akan menuruti perintah eomma mulai dari sekarang.” Nyonya Goo tersenyum. “Dancer cita-citamu bukan?” tanya Nyonya Goo. “Ne, eomma. Aku ingin menjadi dancer.” Nyonya Goo memeluk kedua anaknya dengan lembut. “Eomma, tahu? Appa memukulku berkali-kali selama eomma tidak di rumah waktu itu karena aku menyelamatkan seorang ahjussi di penjara.” NaRa terisak dan memeluk Nyonya Goo. “Eomma sudah menikah dengan orang America. Dia orang yang baik dan penyayang, dia mengerti keadaan eomma.” NaRa mengangguk menyetujui. “Itu artinya kita punya appa baru, bukan begitu?” Nyonya Goo mengangguk mendengar perkataan Jinwoo. 

.
          
 “TIDAK!! TIDAK ADA SATUPUN DARI KALIAN YANG AKAN IKUT HYE SUN! KALIAN AKAN TINGGAL DENGANKU DISINI!” bentak Tuan Kim. “Apa kau tidak tahu appa? Kami tersiksa selama bersamamu!” bentak Key. “Mengertilah Appa!” teriak Suho. Tuan Kim meukul Key dan Suho untuk kesekian kalinya. “Apa-apaan ini?!” teriak Nyonya Goo. “Apa yang kau lakukan di rumahku!” bentak Tuan Kim. “Aku ingin membawa anak-anak ke America, disana mereka akan mempunyai appa yang lebih baik darimu!” Tuan Kim mendengus mendengar ucapan mantan istrinya. “Aku bisa mengurus anak-anak tanpamu, kau tahu?” Tuan Kim memberi kode kepada kedua bodyguardnya untuk membawa Nyonya Goo keluar. “APPA!” teriak NaRa. “Kami tidak akan menurutimu lagi! Kami akan ikut eomma!” tegas yeoja itu lagi. “Bawa Hye Sun keluar!” perintah Tuan Kim kepada kedua bodyguardnya. Seorang wanita memasuki rumah diikuti keempat namja yang merupakan anaknya. “Yeobo.” Panggil wanita itu. 

PLAKK.

NaRa menampar keras wanita itu dengan marah. “Kau! Kau adalah perusak hubungan appa dan eommaku, pergi kau dari sini!” teriak NaRa.

PLAKK.
            
Seorang namja berkaca mata hitam menampar NaRa lebih keras. “Kau tahu, orang mengatakan bahwa kau harus lebih sopan kepada orang tuamu.” Namja itu melepas kacamata hitamnya dan menatap NaRa tajam. “Kau tahu, juga ada orang yang mengatakan bahwa perusak hubungan orang itu harus mati. Dan orang yang mengatakannya itu adalah aku.” NaRa tersenyum sinis kearah namja itu. “Kau mau mati, eoh?!” teriak namja itu. “HENTIKAN!” teriak Tuan Kim. “Anak-anak masuk ke kamar masing-masing. BamBam bawa NaRa ke kamarnya.” BamBam mengangguk dan membawa NaRa menaiki tangga. “Kau tahu oppa, aku sangat membenci pria sialan itu!” BamBam memeluk NaRa untuk menenangkan yeoja itu. “Nona harus sabar, inilah yang namanya hidup.” NaRa semakin terisak. “Oppa, bisakah kita lari dari rumah ini?” tanya NaRa. “Jangan bercanda nona. Tuan akan membunuh saya jika kita melakukan itu.” BamBam mengelus lembut kepala NaRa dan mencium kening yeoja tersebut. “Nona harus tidur, besok nona harus sekolah.” NaRa mengangguk.

**

Kini ruang makan tersebut hening. “Aku ingin eomma kembali ke rumah!” ujar NaRa tiba-tiba. “Makanlah.” Tuan Kim masih meneruskan acara makannya. “Shireo.” Pria itu meletakkan sendok dan garpunya lalu menatap putri kecilnya itu. “Bisakah kau minta hal lain selain itu, sayang?” tanya Tuan Kim lembut. “Aniyo.”Tuan Kim tersenyum dan berdiri. “Permintaanmu terkabulkan, anakku.” Tuan Kim berlalu meninggalkan ruang makan itu yang kembali hening. “Bodoh.” Ujar Bobby. “Terima kasih." NaRa tersenyum bodoh dan menghempaskan sendok garpunya dengan kasar. Ia berjalan pergi dan menghampiri Key, Suho, dan Jinwoo lalu berpelukan. Ketika NaRa hendak pergi Bobby mengucapkan kata-kata yang menyindir NaRa. "Disini tidak hanya kalian berempat." NaRa menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Eoh apa tadi ada yang berbicara? Aku tidak tahu kalau ada orang lain selain kita berempat di ruang makan ini, Key oppa." Bobby menggenggam garpu dan sendoknya dengan geram. "Aku pergi!" teriak NaRa. 'Kalian pikir ibu kalian akan kembali dan hidup dengan mudah? Janag berharap!' batin Nyonya Song sambil menatap ketiga anak tirinya dengan benci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar