Title :
My Bad Girl
Main Cast : Kim Na Ra, BamBam
Support Cast : GOT7’S member, other.
Genre :
Sad, love, kekerasan, romance, school life.
‘You is my bad girl.’
Author pov.
Seorang
yeoja sedang duduk di sofa pada salah satu bar di kota Seoul. Di meja itu
terdapat 5 botol, dan 4 botol minuman yang sudah kosong karena ia minum. Ia
sudah mabuk berat. Matanya pun hanya bisa melihat sekilas apa yang terjadi
disini. “Nona.” Panggil seorang namja. “Ah~ BamBam. Aku sakit hati, aku sedang
sakit hati. Biarkan aku mati, BamBam.” Racau yeoja itu. “Nona NaRa tidak boleh
berkata seperti itu. Masih ada saya dan ke-6 teman saya, nona.” Ujar BamBam.
“Aku mau mati rasanya.” NaRa menuangkan wine ke gelasnya dan hendak meminumnya,
namun BamBam segera menarik gelas itu dan meletakkannya di meja. “Nona harus
pulang.” BamBam segera menggendong NaRa bridal style menuju ke mobil van hitam.
BamBam mengetuk kaca mobil pelan, seketika kaca itu terbuka dan menampilkan
sorang namja berambut silver. “Apa nona NaRa mabuk berat?” tanya namja itu. “sangat,
JB hyung.” JB membuka pintu mobil lewat tombol yang berada di sampingnya.
“Cepatlah.” Ujar JB.
Saat
dalam perjalanan pulang NaRa meracau kembali. “Appa dan eomma jahat. Kenapa
kalian bercerai?” hiks…eomma appa….” Racaunya sambil menangis. BamBam memeluk
NaRa yang sedang sedih. Ia mengerti apa yang sedang dirasakan nonanya saat ini.
Tiba-tiba tangan NaRa juga memeluknya dan meracau kembali. “Apakah aku sendiri
di dunia ini, BamBam?” Matanya basah dengan airmata yang masih menggenang.
“Aniyo, nona. Masih ada kami disisimu.” BamBam juga ikut menangis melihat
keadaan nonanya. Setelah sampai, BamBam menggendong NaRa memasuki rumah. Ia
disambut oleh beberapa orang lelaki berjas hitam. “Apa yang terjadi padanya,
hyung?” tanya Yugyeom. “Nona mabuk berat.” BamBam melanjutkan langkahnya menuju
tangga untuk membawa NaRa ke kamarnya.
.
BamBam pov.
Aku
sangat sedih melihat nonaku yang masih sangat muda ini harus menerima bahwa
kedua orangtuanya bercerai. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan keduanya
berpisah, yang jelas Tuan Kim hanya menyuruhku dan ke-6 temanku untuk menjadi
bodyguard serta teman dan pelayan NaRa. Tuan Kim adalah orang yang sangat kaya.
Nama lengkapnya adalah Kim Sang Bum, pemilik perusahaan terbesar di Korea yang
merupakan tandingan dari Cho’s Corp dan Lee Company. Tidak hanya di Korea, ia
juga membangun beberapa perusahaan besar di beberapa Negara. Istrinya Goo Hye
Sun adalah pemilik butik terbesar di Korea. Ia memiliki banyak cabang di
berbagai Negara, yang membuatnya harus bolak-balik luar Negeri untuk mengurus
butiknya. Sedangkan NaRa, ia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Anak tertua
bernama Kim Jong Woon, kedua Kim Joon Myeon, ketiga bernama Kim Jinwoo, dan
yang terakhir adalah dirinya. Ketdua kakaknya menetap di Negara yang berbeda
untuk membantu Tuan Kim dalam mengurus perusahaannya. Mereka hidup terpisah
saat ini, itulah yang membuat Tuan Kim menyewa kami untuk menjaga nona NaRa dan
tuan Jinwoo.
“BamBam,
apakah aku harus mati?” racau nona NaRa. “TIDAK BISAKAH NONA BERHENTI BERHARAP
MATI?! KAMI DISINI BERSAMAMU NONA!!! KAMI TIDAK MENINGGALKAN NONA!!” bentakku.
Oh tidak, aku membuatnya menangis. “Kenapa kau masih mempertahankanku untuk
hidup?! Kau ingin menyiksaku dalam dunia yang kejam ini?! Begitukah maksudmu?!”
kali ini ia yang berteriak. Tiba-tiba
pintu kamar terbuka dan menampilkan ke-6 temanku. “Ada apa ini, BamBam?” JB
hyung bertanya sambil mengangkat kerah bajuku. “Jangan tanyakan padaku,
tanyakan saja pada nona NaRa.” aku melepas kedua tangan JB hyung yang
mengangkat kerah bajuku. Kulihat Yugyeom sedang memeluk nona NaRa yang sedang
menangis. “Seharusnya kau mengerti keadaan nona, BamBam.” Jackson hyung menatap
tajam kearahku, aku tidak merasa salah sama sekali. “Kendalikan emosimu BamBam,
jika kau ingin terus bersama kami.” Kali ini JR hyung juga menimpaliku. “Jadi
kau ingin mengusirku, hyung?” teriakku. “BamBam hentikan.” Kulihat sekilas Mark
hyung yang berteriak kepadaku. “Terserah kalian.” Aku keluar dan menutup pintu
dengan keras.
Keesokan harinya.
Author pov.
NaRa
bersiap-siap pergi ke sekolah. Ia turun melewati tangga dengan merosot pada
pegangan yang ada di samping tangga. “Nona hati-hati.” Tiba-tiba Youngjae
muncul dan menangkap NaRa yang hampir jatuh lalu menurunkannya dengan hati-hati.
“Gamsahamnida, oppa” NaRa tersenyum dan berlari menuju meja makan. “Aku hanya
ingin makan buah dan minum jus jeruk.” NaRa meminta pada Mark yang berdiri di
sebelahnya. “Sebaiknya nona makan nasi dulu. Nona boleh makan buah setelah
makan nasi dan minum susu.” Tegur Mark. “Apakah oppa tidak melihat tv? Disana
dijelaskan bahwa kita harus makan buah sebelum makan nasi karena itu baik untuk
kesehatan.” Mark tersenyum canggung. “Palli, oppa.” NaRa melakukan aegyo di
depan Mark. “Baiklah, nona.” NaRa tersenyum puas. “Apakah semalam Jinwoo oppa
pulang?” tanya NaRa sambil memakan apelnya. “Aniyo, nona. Tuan muda semalam
tidak pulang lagi.” NaRa menaruh apelnya di meja dan meninggalkan ruang makan
dengan hati yang kacau.
**
“Eottokhae?
Eottokhae? Eottokhae?” SheeNa sedang berjalan mondar-mandir sambil memukul
kepalanya. “Yakk! Lee Shin Ah. Apa yang kau lakukan?” NaRa datang sambil
merangkul pundak SheeNa. “Ada sesuatu yang harus kukatakan kepadamu dan anggota
gank lainnya.” NaRa mengerenyit heran sambil melepaskan rangkulannya pada
pundak SheeNa. “Katakan saja padaku disini.” SheeNa terlihat menghembuskan
napasnya dengan berat. “Kau tau gank Phoenix? Mereka menantang kita malam ini.”
NaRa hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. “Jadi dimana lebih
tepatnya?”.”Distrik 12.” Seketika itu juga anggota gank mereka berkumpul untuk
membicarakan pertarungan yang akan dilakukan di Distrik 12.
.
.
“Oppa,
aku mau keluar dulu, ne?” NaRa membungkuk pamit pada JB. “Eoddi?” JB memegang
tangan NaRa erat. “A-aku mau ke rumah SheeNa. Ne ke rumah SheeNa.” JB
menajmakan matanya mencari kebohongan di mata NaRa. “Arraseo, nona harus pulang
sebelum pukul 9 malam.” NaRa tersenyum dan langsung pergi. “Nona, tuan muda
akan pulang pukul 12 malam.”. Di depan rumahnya, SheeNa sedang menunggunya
dengan anak buahnya yang menggunakan motor. SheeNa langsung mundur sedikit
kebelakang dan NaRa menjadi pengemudinya. NaRa mulai memakai helm hitamnya dan
menghidupkan motor.
*
“Ternyata
ini ketua gank Dark Knight. Lumayan cantik untuk sorang namja.” Yongnam menatap
NaRa dengan tatapan meremehkan. “Kau, apakah kau ketua dari gank phoenix?” NaRa
membuang puntung rokok yang tinggal setengah dan menginjaknya. “Apa kau sedang meragukanku sebagai seorang
pemimpin?” Yongnam menyeringai dengan menakutkan. “Santai saja. Aku hanya
bertanya, dan kurasa tanpa dijawab pun aku sudah tahu jawabannya.” Kali ini
NaRa yang menyeringai. Tiba-tiba tatapan mereka berubah menjadi tajam menatap
satu sama lain. Hujan deras pun juga menambah kesan sengit diantara mereka
semua. “Habisi mereka!” teriak Yongnam. Mereka mulai maju dan memukul wajah
lawan dengan keras. Lebam dan darah juga menghiasi tubuh mereka.
NaRa
sedang berdiri dengan menatap tajam Yongnam yang juga sedang menatapnya dengan
tatapan meremehkan. “Nappeun saekki-ya!” teriak NaRa ia berlari dengan menatap Yongnam
yang juga berlari kearahnya.
BUGGH.
NaRa
berhasil memukul wajah Yongnam dengan keras sehingga pelipis Yongnam berdarah.
“Pukulanmu kuat juga, ne?” Yongnam mengusap pelipisnya dengan kasar. “Mau
mencobanya lagi, tuan muda Kang?” NaRa tersenyum penuh kemenangan. “Brengsek,
berani-beraninya kau!” Yongnam mulai memukul wajah NaRa yang terlihat lengah,
ia memukul NaRa bertubi-tubi. NaRa menendang Yongnam dengan keras sehingga
namja itu terhuyung kebelakang dan jatuh. Ia naik ke dada Yongnam dan mengunci
kedua tangan Yongnam dengan kedua lututnya. Tangannya memukul wajah Yongnam
dengan keras, Yongnam terkapar dengan bersimbah darah.
BRRAK.
Tiba-tiba
NaRa limbung ke kanan karena punggungnya dipukul dengan kayu oleh anak buah
Yongnam. 4 orang namja mengeroyoknya habis-habisan. Salah satu namja memukul
kaki NaRa dengan tongkat baseball. Ia memukul kaki NaRa berkali-kali dan
menginjak bagian tulang rusuk kiri NaRa. Mata NaRa membesar ketika perutnya
diinjak berkali-kali. Ia merasakan sakit di bagian tulang rusuknya. Sampai
namja itu memukul kepala NaRa hingga berdarah dan NaRa pingsan. Gerombolan
Yongnam pergi meninggalkan NaRa dan terkapar. Beberapa anak buahnya yang masih
bisa berdiri menghampirinya. “Eottokhae? NaRa-ssi ireona. NaRa-ssi.” Panggil
SheeNa. Ia segera menelpon BamBam, “Yoboseyo. Oppa kemarilah, palli. NaRa
sedang sekarat. Kami di distrik 12 oppa. Ne, palli.” SheeNa menangis sejadi-jadinya
melihat keadaan NaRa yang penuh lebam dan bersimbah darah.
*
“Apa
yang terjadi pada yeoja itu sebenarnya?” tanya dokter Park. “Dia dipukuli
habis-habisan dengan tongkat baseball oleh beberapa namja.” SheeNa menjelaskan
dengan tangan bergetar. “Apa perut dan bagian rusuknya diinjak?” SheeNa
mengangguk sambil menangis. “Tulang rusuk kirinya patah, dan kedua tulang
kakinya juga patah. Tulang lehernya agak retak, disertai kulit kepalanya yang
robek.” SheeNa menangis tersedu-sedu mendengar apa yang terjadi pada NaRa. Ia
keluar dari ruangan tersebut sambil menangis. Saat keluar dari ruangan tersebut
JB langsung menanyakan apa yang terjadi pada NaRa dengan khawatir. Ketujuh
namja tersebut hanya bisa melongo mendengar apa yang terjadi pada nona mereka.
JB menghubungi Tuan Kim dan Nyonya Kim. Sedangkan Mark menelpon ketiga kakak
NaRa. BamBam memberi kabar kepada Jinwoo kalau NaRa berada di rumah sakit,
setelah itu ia langsung berlari menuju ruangan tempat NaRa dirawat dengan
perasaan khawatir.
.
.
NaRa
membuka matanya dengan perlahan. “Nona. Apakah nona baik-baik saja?” BamBam
mendekati NaRa yang mulai membuka matanya. “Leherku tidak bisa digerakkan.”
NaRa mencoba untuk menggerak-gerakkan lehernya. “Itu karena di leher anda
diberi gips, nona.” BamBam duduk di tepi ranjang dan mengelus pipi NaRa. “Apa
Jinwoo oppa tidak menjengukku?” tanya NaRa dengan mata memerah. “E-eo tadi tuan
muda kesini nona. I-iya tadi tuan muda Jinwoo kesini menjenguk nona.” Ujar
BamBam kaku. ‘Kau fikir aku tidak tau
oppa? Aku bisa melihat semua kebohonganmu di matamu dan aku bukanlah yeoja
bodoh.’ NaRa mencoba tersenyum dengan lembut.
CUP
BamBam
mencium kening NaRa yang sukses membuat yeoja itu menampakkan semburat merah di
wajahnya. “Y,yakk oppa. Apa yang kau lakukan?” NaRa mengerjap dengan cepat.
“Aku mencium kening nona agar nona NaRa cepat sembuh.” BamBam memeluk NaRa
dengan erat. “Aku tidak ingin nona sakit. Jadi nona harus cepat sembuh.” BamBam
melepaskan pelukannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah NaRa.
“Nona
NaRa!!!! Aku bawakan ice cream vanilla blue kesukaanmu!!!” teriak Yugyeom yang
masuk ke kamar NaRa dengan teriakan yang menggelegar, tak lupa juga sekotak ice
cream di tangan kanannya. Terpaksa BamBam harus menjauhkan wajahnya dengan
rahang yang mengeras. BamBam menghela napas berat sampai-sampai Yugyeom
mendengarnya. “Waeyo? Apa aku mengganggu kalian?” tanyanya polos.
BamBam pov.
Pabo.
Pabo. Pabo. Kim Yugyeom pabo!!!!!! Tentu saja kau mengganggu kami. Ah~ padahal
hampir saja aku mencium nona NaRa. Tidak!!!! Moment berhargaku terpaksa
terhentikan karena kehadiran namja polos ini. Ya Tuhan, apa salahku hingga kau
menitipkanku seorang dongsaeng yang terlalu polos ini???! “Aniyo, aku tadi
hanya ingin membersihkan debu di wajah nona NaRa.” Yugyeom mengangguk mengerti dengan
bibirnya yang membentuk huruf o. “Jadi, apa yang kau bawa untukku, Yugyeom
oppa?” tanya nona NaRa. “Aku membeli ice cream vanilla blue di kedai ice cream
biasanya. Kau mau mencobanya, nona?” tanya Yugyeom sambil membuka kotak itu. “
Nona NaRa sedang sakit, jadi tidak boleh makan ice cream.” Aku menarik kotak
ice cream tersebut dari tangan Yugyeom. “Yakk! Oppa nan gwenchana.” Ya ampun,
nona. Sekarang bukan waktunya ber-aegyo. Kau juga harus mementingkan
kesehatanmu untuk kedepannya. “Oppa.” Kali ini ia memanggilku dengan sebutan
oppa dengan manja. “Arraseo nona. Tapi kalau terjadi apa-apa aku tidak mau
bertanggung jawab.” Nona NaRa mengangguk dan Yugyeom segera menarik kotak ice
cream di genggamanku. “Aku mau pergi mencari camilan.” Aku melenggang pergi dengan
hati yang kurang baik. Saat
aku keluar dari kamar nona, kulihat dari jendela ia sedang disuapi oleh Yugyeom
dan ia terlihat sangat senang sekali. Ah~ cintaku bertepuk sebelah tangan,
mirisnya nasibku ini.
Author pov.
BamBam
memasuki bar dengan hati hampa. “Yo, BamBam. Kau kenapa?” tanya seorang
bartender. “Mino-ssi aku patah hati.” Mino menuangkan wine pada gelas BamBam.
“Kau masih mengharapkah nona kesayanganmu itu?” Mino duduk di depan BamBam
sambil menaruh botol wine di dekat BamBam. “Ne, kau tahu baru kali ini aku
merasakan yang namanya jatuh cinta.” BamBam meneguk segelas wine itu tanpa
bersisa. “Geurom, bagaimana dengan Taeyeon noona?” BamBam mengangkat kepalanya
saat Mino menyebut nama ‘Taeyeon’ di depannya. “Jangan bicarakan yeoja itu lagi
di depanku.” BamBam menuangkan wine lagi ke gelasnya. Ia terus minum. Minum.
Dan minum sampai botol ke-4 habis. “Kau tidak bisa minum lebih banyak lagi,
BamBam-ssi.” Mino menurunkan gelas yang diangkat BamBam. “Aku akan mengantarmu
pulang.” Mino memapah BamBam menuju mobilnya dan menancap gasnya. “Kau itu
memang gila, ya?” gumam Mino.
~o0o~
Hari
ini NaRa diperbolehkan pulang, tapi ia harus memakai gips di lehernya dan duduk
dikursi roda karena kedua tulang kakinya . Ia dilarang bersekolah dulu karena
sedang sakit. Tidak ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada yeoja
itu. JB mengatkan pada Kepala Sekolah bahwa NaRa mengalami kecelakaan parah
saat pulang sekolah. Dan itu yang membuat semua orang percaya bahwa NaRa
mengalami kecelakaan. Padahal tidak.
NaRa
duduk di ruang makan dengan tatapan kosong. Di depannya ada semangkuk bubur
dengan susu vanilla sebagai minumannya. Di rumah ini NaRa sendirian, karena
ke-7 oppanya sedang pergi menjemput Tuan Kim, Nyonya Kim, dan kedua anaknya. Ia
tak menyentuh makanan itu sedikitpun. NaRa menempelkan kedua telapak tangannya
diatas meja makan, ia mencoba berdiri dan sekali merintih menahan rasa sakit
BRUUK.
Ia
terjatuh dan menangis meratapi nasibnya yang kini tidak bisa berjalan.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di kursi
roda kembali. “Jinwoo oppa.” Lirihnya. Jinwoo menoleh dengan seukir senyuman di
wajah tampannya, ia langsung menangis dan memeluk NaRa. “Mianhae. Jeongmal
mianhae. Aku memang oppa yang bodoh, aku tidak bisa menjaga adik perempuanku
yang masih kecil.” Jinwoo memeluk NaRa yang juga menangis. “Aniyo oppa. Oppa
tidak salah apa-apa.” Tiba-tiba Jinwoo terhuyung kebelakang. “Kau memang
brengsek.” Tuan Kim memukul wajah Jinwoo berkali-kali. Key dan Suho mencoba
menarik Tuan Kim ke belakang agar berhenti memukul wajah Jinwoo. “Lepaskan aku.
Lepaskan aku. Anak ini memang harus mati.” Wajah Jinwoo penuh lebam dan hidung
serta pelipisnya mulai berdarah. “Andwe, appa. Jangan sakiti JInwoo oppa.” NaRa
berusaha turun dari kursi rodanya, namun Suho mencegahnya dengan memeluk NaRa
sambil berlinang airmata.
“Bawa
dia ke rumah sakit, sepertinya dia pingsan.” Tuan Kim meninggalkan tubuh Jinwoo
yang penuh lebam. “Suho mengangkat tubuh NaRa menaiki tangga menuju kamarnya,
sedangkan Key membawa Jinwoo ke rumah sakit. “Oppa, apakah Jinwoo oppa akan
baik-baik saja?” NaRa memegang tangan Suho yang hendak meninggalkannya. Suho
berbalik menghadaapnya dan berkata. “Jinwoo akan baik-baik saja, ayah tak
mungkin akan membunuh anaknya sendiri. Eoh bersiap-siaplah nanti malam kita
akan bertemu dengan keluarga baru.” Suho mengecup singkat puncak kepala NaRa
dan meninggalkannya. NaRa mengambil laptopnya di kasur dan menhidupkannya.
“Eomma.” Lirihnya. “NaRa-ah gwenchana?
Kenapa dengan matamu? Apa kau menangis?” Eomma NaRa khawatir melihat
anaknya dari videocall tersebut. “Eomma, jenguklah Jinwoo oppa di Rumah Sakit
Seoul. Appa hampir membunuhnya tadi.” Eomma NaRa shock. “Aku akan menjenguknya sekarang, kalau begitu annyeong.” NaRa
menutup laptopnya dan tidur.
4 days later.
Hari
`ini luka NaRa sudah kembali pulih namun berbeda dengan Jinwoo yang masih
terbaring di rumah sakit. NaRa menjenguknya saat Tuan Kim tidak ada di Seoul.
“Oppa kapan oppa pulang?” NaRa mengupas kulit jeruk sambil bertanya kepada
Jinwoo. “Molla.” Jinwoo mengusap pelan kepaa NaRa. “Oppa sebenarnya aku sakit
itu karena aku berkelahi dengan Yongnam si anak Busan itu.” NaRa menahan
airmatanya. “Gwnchana. Selama appa tidak tahu semua akan baik-baik saja. “
tiba- tiba pintu terbuka. “Siapa yang tidak tahu mengenai itu?!” Tuan Kim
datang dengan beberapa bodyguard serta seorang wanita dan seorang namja.
“A-appa. Kapan appa pulang?”NaRa menyembunyikan tangannya yang bergetar. “Ikut
akuke rumah.” Ujar Tuan Kim. “Appa. “lirih NaRa. “Ikut aku ke rumah!” Jinwoo
memeluk NaRa yang sedang ketakutan. Tiba-tiba tuan Kim menarik rambut NaRa dan
menyeretnya. “Kalian awasi Jinwoo sampai aku kembali ke sini!” keempat
bodyguard itu membungkukkan tubuhnya. “Appa jangan bawa NaRa ke rumah. Dia
masih menjengukku.” Jinwoo memegang tangan NaRa. Tuan Kim menarik rambut NaRa
dan menyeretnya keluar. “OPPA!” teriak NaRa. Para pasien dan petugas rumah
sakit terheran melihat NaRa sedang diseret oleh Tuan Kim.
.
.
PLAKK
Tuan
Kim menampar NaRa saat tiba di rumah. “Kau tahu? Kau itu yeoja, bukan namja!”
teriak Tuan Kim. “Kalau aku namja itu artinya aku boleh berkelahi?” tanya NaRa
balik. Tuan Kim mengambil tongkat baseball. “Berdiri!” Tuan Kim mengangkat
tubuh NaRa untuk berdiri dan memukul kakinya. “Katakan kalau kau bersalah.”
NaRa tetap diam. Tuan Kim memukul bahu, punggung dan kaki NaRa sampai malam.
Kini yeoja itu tengah terbaring dikasur dengan keadaan terbalik. Suho memijat
badannya setelah dipukuli oleh Tuan Kim. “Kira-kira berapa kali appa memukulku
dengan tongkat baseball? Beribu-ribu kali?” tanyanya pada Suho. “Sebaiknya kau
ikuti apa kata appa. Kalau begitu ayo kita ke bawah untuk makan malam, hari ini
menunya adalah ayam. Kajja.” Suho memapah tubuh NaRa.
.
“Apa
yang kau lakukan?” tanya Tuan Kim dingin. “Aku mau makan. Wae?” Tuan Kim
tersenyum remeh. “Siapa kau berani makan di meja makan ini? Kau bukan anakku.”
NaRa terperangah dengan ucapan Tuan Kim. NaRa menghempaskan seluruh makanan di
meja itu dengan perasaan marah. “Jadi kenapa kau masih mau menerimaku di
keluarga ini?” NaRa menarik kerah baju Tuan Kim. Tuan Kim menampar NaRa dengan
keras. “Aku ini appamu! Bukan temanmu!” teriak Tuan Kim. “Mwo?! Kau bilang aku
bukan anakmu, tapi kenapa kau mengaku sebagai appaku?!! Appaku telah mati!!”
Tuan Kim menampar NaRa dengan keras sekali lagi dan mengambil tongkat baseball.
“KAU MAU MEMUKULKU?!! PALLI PUKUL AKU LAGI. PALLI PUKUL AKU LAGI!! PALLI! KAU
BUKAN APPAKU, KAN? PALLI!!”
BRAKK.
Tuan
Kim memukul kepala NaRa dengan tongkat baseball. Seluruh orang disana terkejut
bukan main. Baru kali ini mereka melihat Tuan Kim memukul anaknya di bagian
kepala dengan tongkat baseball. NaRa limbung dan jatuh, tapi ia berdiri lagi
dengan darah yang keluar dari kepalanya. “PALLI!! BUNUH AKU DENGAN TANGANMU KIM
SANG BUM! BUNUH AKU!” Tuan Kim menatap Nara tajam dengan mengeratkan
genggamannya pada tongkat baseballnya. “Cukup! Kembali ke kamarmu sekarang!”
tiba-tiba NaRa pingsan dengan darah yang terus keluar dari kepalanya. Semua
orang disana terkejut, tak terkecuali Tuan Kim. Key dan Suho mengangkat tubuh
NaRa keluar dari rumah menuju mobil.
“Apa
yang kau lakukan? Dia itu anakmu, appa!!” Key kali ini juga membela NaRa. “Aku
menyesal telah ikut denganmu. Kali ini kami akan ikut eomma, silahkan nikmati
harimu dengan istri dan anak-anak barumu, Kim Sang Bum.” Sambungnya dan
langsung pergi. “Apa yang harus kami lakukan, tuan?” tanya JB. “Cari namja
bernama Yongnam. Dan suruh dia bertemu denganku di restoran Italia besok
malam.” Ujar Tuan Kim dan langsung pergi. JB dan yang lainnya membungkuk hormat
setelah kepergian Tuan Kim. “Kajja menjenguk NaRa.” Ajak BamBam tapi Yugyeom
memegang tangannya. “Aniyo, hyung. Tuan menyuruh kita untuk mencari Yongnam,
kita bisa menjenguk nona saat tugas selesai.” Yugyeom berkata tegas dengan
menatap tajam BamBam. “Tapi..”.”BamBam, kali ini menurutlah.” Jackson juga
menatap tajam kearah BamBam. “Arraseo.”BamBam pasrah dan menuruti perintah Tuan
Kim.
.
.
“Aku
akan mengurus kepindahan kalian ke America besok.” Nyonya Goo mengelus pelan
kepala NaRa. “Eomma.” Mata NaRa perlahan membuka. “NaRa, kau sudah sadar?
Syukurlah.” Nyonya Goo memeluk erat NaRa. “Besok Key, Suho, Jinwoo, dan uri
NaRa akan pindah ke America. Jadi berkemaslah.” Nyonya Goo menyuruh Key dan
Suho mengemasi barang mereka di rumah. “Ne, eomma.” Key dan Suho bergegas
keluar. “Aku akan menuruti perintah eomma mulai dari sekarang.” Nyonya Goo
tersenyum. “Dancer cita-citamu bukan?” tanya Nyonya Goo. “Ne, eomma. Aku ingin
menjadi dancer.” Nyonya Goo memeluk kedua anaknya dengan lembut. “Eomma, tahu?
Appa memukulku berkali-kali selama eomma tidak di rumah waktu itu karena aku
menyelamatkan seorang ahjussi di penjara.” NaRa terisak dan memeluk Nyonya Goo.
“Eomma sudah menikah dengan orang America. Dia orang yang baik dan penyayang,
dia mengerti keadaan eomma.” NaRa mengangguk menyetujui. “Itu artinya kita
punya appa baru, bukan begitu?” Nyonya Goo mengangguk mendengar perkataan
Jinwoo.
.
“TIDAK!!
TIDAK ADA SATUPUN DARI KALIAN YANG AKAN IKUT HYE SUN! KALIAN AKAN TINGGAL
DENGANKU DISINI!” bentak Tuan Kim. “Apa kau tidak tahu appa? Kami tersiksa
selama bersamamu!” bentak Key. “Mengertilah Appa!” teriak Suho. Tuan Kim meukul
Key dan Suho untuk kesekian kalinya. “Apa-apaan ini?!” teriak Nyonya Goo. “Apa
yang kau lakukan di rumahku!” bentak Tuan Kim. “Aku ingin membawa anak-anak ke
America, disana mereka akan mempunyai appa yang lebih baik darimu!” Tuan Kim
mendengus mendengar ucapan mantan istrinya. “Aku bisa mengurus anak-anak
tanpamu, kau tahu?” Tuan Kim memberi kode kepada kedua bodyguardnya untuk
membawa Nyonya Goo keluar. “APPA!” teriak NaRa. “Kami tidak akan menurutimu
lagi! Kami akan ikut eomma!” tegas yeoja itu lagi. “Bawa Hye Sun keluar!”
perintah Tuan Kim kepada kedua bodyguardnya. Seorang wanita memasuki rumah
diikuti keempat namja yang merupakan anaknya. “Yeobo.” Panggil wanita itu.
PLAKK.
NaRa
menampar keras wanita itu dengan marah. “Kau! Kau adalah perusak hubungan appa
dan eommaku, pergi kau dari sini!” teriak NaRa.
PLAKK.
Seorang
namja berkaca mata hitam menampar NaRa lebih keras. “Kau tahu, orang mengatakan
bahwa kau harus lebih sopan kepada orang tuamu.” Namja itu melepas kacamata
hitamnya dan menatap NaRa tajam. “Kau tahu, juga ada orang yang mengatakan
bahwa perusak hubungan orang itu harus mati. Dan orang yang mengatakannya itu
adalah aku.” NaRa tersenyum sinis kearah namja itu. “Kau mau mati, eoh?!”
teriak namja itu. “HENTIKAN!” teriak Tuan Kim. “Anak-anak masuk ke kamar
masing-masing. BamBam bawa NaRa ke kamarnya.” BamBam mengangguk dan membawa
NaRa menaiki tangga. “Kau tahu oppa, aku sangat membenci pria sialan itu!”
BamBam memeluk NaRa untuk menenangkan yeoja itu. “Nona harus sabar, inilah yang
namanya hidup.” NaRa semakin terisak. “Oppa, bisakah kita lari dari rumah ini?”
tanya NaRa. “Jangan bercanda nona. Tuan akan membunuh saya jika kita melakukan
itu.” BamBam mengelus lembut kepala NaRa dan mencium kening yeoja tersebut.
“Nona harus tidur, besok nona harus sekolah.” NaRa mengangguk.
**
Kini ruang makan tersebut hening.
“Aku ingin eomma kembali ke rumah!” ujar NaRa tiba-tiba. “Makanlah.” Tuan Kim
masih meneruskan acara makannya. “Shireo.” Pria itu meletakkan sendok dan
garpunya lalu menatap putri kecilnya itu. “Bisakah kau minta hal lain selain
itu, sayang?” tanya Tuan Kim lembut. “Aniyo.”Tuan Kim tersenyum dan berdiri.
“Permintaanmu terkabulkan, anakku.” Tuan Kim berlalu meninggalkan ruang makan
itu yang kembali hening. “Bodoh.” Ujar Bobby. “Terima kasih." NaRa tersenyum bodoh dan menghempaskan sendok garpunya dengan kasar. Ia berjalan pergi dan menghampiri Key, Suho, dan Jinwoo lalu berpelukan. Ketika NaRa hendak pergi Bobby mengucapkan kata-kata yang menyindir NaRa. "Disini tidak hanya kalian berempat." NaRa menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Eoh apa tadi ada yang berbicara? Aku tidak tahu kalau ada orang lain selain kita berempat di ruang makan ini, Key oppa." Bobby menggenggam garpu dan sendoknya dengan geram. "Aku pergi!" teriak NaRa. 'Kalian pikir ibu kalian akan kembali dan hidup dengan mudah? Janag berharap!' batin Nyonya Song sambil menatap ketiga anak tirinya dengan benci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar