Have You Ever See
The Rain ?
Author : GalaxyAngel_01
Genre : Romance
Main Cast :
-
Min Yoon Gi (BTS)
-
Shin Hyeo Jeong (OC)
Rating : A ( semua umur )
Length : One Shoot
Hujan lagi? Padahal hari ini adalah musim panas. Memang,
tidak selalu setiap musim panas itu harus panas terus,kan? Ya sudahlah, aku
harus ke sekolah sekarang. Oh ya, namaku Shin Hyeo Jeong. Aku duduk di bangku
SMA kelas 2. Memang sih ya, kalau saat saat SMA, banyak orang berkata saat saat
untuk mencari jodoh. Apaan itu?! Aku bahkan tak punya niat itu sama sekali. Aku
paling benci saat-saat dimana harus turun hujan. Entah kenapa aku sangat
membenci hujan.
Pagi ini, aku harus berangkat awal, karena hari ini
adalah piketku. Hujan masih saja turun. Kenapa aku tidak naik mobil? Karena,
jarak antara sekolah dan rumahku juga cukup dekat. Lagipula, aku masih belum
diperbolehkan untuk menaiki mobil oleh kedua orang tuaku. Saat itu, di tengah
perjalanan, aku bertemu dengan lelaki berseragam sama denganku. Sekolah kita
sama. Itulah yang aku pikirkan. Tetapi, aku belum pernah melihatnya. Apakah dia
murid pindahan? Apa peduliku?. Sudahlah, aku harus cepat. Semakin kucepatkan
langkah kakiku. Aku sampai di kelas, dan yang benar saja. Masih hanya ada aku
disana?!. Sebenarnya, mereka semua ingin sekolah atau tidak?! entahlah, lebih
baik aku segera membersihkan kelas. Kuambil sapu dan langsung kubersihkan kelas
yang sudah seperti sarang burung ini. 20 menit aku sibuk dengan sapu, langsung
kududukkan tubuhku di kursi. Lelah. Pelajaran dimulai 10 menit lagi, dan semua
murid sudah mulai berdatangan.
“pagi
anak-anak.” Sapa Kim seonsangnim.
“pagi,seonsaengnim” jawab semua murid. “hari ini, kita kedatangan murid
baru. Silahkan masuk, perkenalkan dirimu.” Ucap Kim seonsaengnim. Aku tak
peduli dengan itu. Suara langkah kakinya terhenti di depan papan tulis. “namaku
Suga. Nama asliku Min Yoon Gi. Aku pindahan dari sekolah di Busan. Senang
bertemu dengan kalian.” Ucap lelaki itu dingin. Huh?! Kenapa? Dia ini tahu
sopan santun tidak sih?! aku mengomel saja dalam hati. Saat aku tengokkan
kepalaku, bukankah dia?!. “Suga, kamu boleh duduk disana” ucap Kim seonsaengnim
menunjukkan bangku di depan tempat dudukku. “baik. Gamsahamnida” ucapnya masih
dengan nada dingin. Dia berjalan menuju arahku. Lalu, duduk di depanku.
“baiklah, anak-anak. Kita akan mulai pelajaran sejarah kita. Saya akan
menerangkan tentang unsur Yin dan Yang dan bercerita sedikit tentang itu.
Dulu.......”
Aku
masih memandangi lelaki di depanku ini.
Dia yang tadi aku lihat di
bawah pohon sakura. Jadi, benar! Dia adalah murid pindahan. Pantas saja aku
tidak pernah melihatnya. Dia melihat ke arah kaca jendela yang tertutup embun
karena dingin dari hujan. Aku melihat dengan teliti setiap wajahnya. Jika
dilihat dari samping, dia lumayan juga. Matanya sangat bagus dengan bulu mata
yang lentik itu. Hidungnya tidak terlalu mancung juga jadi pelengkapnya. Lekuk
di wajahnya terlihat sangat jelas sekali. Huh?!! Apa yang aku pikirkan?! Aku
mengacak-acak rambutku agar aku berhenti memikirkan itu. “Hyeo Jeong?” panggil
Kim seonsaengnim. “ada apa denganmu? Apa kau kurang enak badan?” tanya Kim
seonsaengnim. “ah, animnida. Saya tidak sakit, seonsaengnim. Saya baik-baik
saja.” Jawabku. “baiklah. Kita akan ketemu besok jam ke 4. Jadi, pelajaran hari
ini cukup sampai disini. Hari ini ada rapat dewan. Jadi, mungkin akan tidak ada
pelajaran. Sekian.” Perkataan Kim seonsaengnim disambut gembira oleh semua
murid. Aku? Aku masih dengan kesibukanku. Memandangi lelaki itu.
Aku
ingin sekali bicara dengannya. Bayangkan saja. Jika dia diajak bicara oleh
teman sejenis, dia hanya menjawab datar dan sesekali tidak memperdulikan
mereka. Apalagi kalau yang mengajaknya bicara adalah seorang wanita? Mungkin
akan dicuekin habis-habisan. Semua murid keluar untuk pergi ke kantin atau
mungkin jalan dengan pacar mereka. Aku sedang tidak niat keluar kelas sekarang.
Bahkan, lelaki itu masih saja diam. “ung...” kenapa Hyeo Jeong?!! Tinggal
menyapanya saja! Kenapa kamu harus gugup? Hanya menyapanya saja. Oke?! Hanya
menyapa. “ung..—“. “hujannya deras ya?” tanya lelaki itu. He?! Dia mengajakku
bicara?! Aku hanya bisa diam tanpa sepatah kata pun bisa keluar dari mulutku.
Aku kira dia itu lelaki yang dingin. Aku masih membelalakkan mataku tak
percaya.
“apakah
ada yang salah?”. “gwaenchana?” dia menanyakan apakah aku baik-baik saja?
“hei?! Apa kau mendengarkanku?” ya, aku mendengarmu Suga. Ya, aku mendengarmu.
“hei?” ucapnya sambil bolak-balik menggerakkan tangannya keatas dan kebawah di
depan wajahku, mencoba menyadarkanku. “eh? Eum.. a-apa?” tanyaku gugup. Payah
kau Hyeo Jeong-ah!. “hari ini hujannya turun deras ya?” dia mengulang kembali
pertanyaannya. “e-eum. I-iya. Aku rasa akan setiap hari turun hujan.” Jawabku
basi. “ireumi.. ireumi mwoyeyo? (siapa namamu?)” tanya Suga padaku. “a-aku Shin
Hyeo Jeong. Panggil saja aku Hyeo Jeong.”. “oh. Hyeo Jeong ya? Apa kamu suka
hujan?” tanya Suga tiba-tiba, dan spontan aku menggeleng cepat. “tidak. Mereka
selalu saja turun disaat yang tidak tepat. Lagipula, kalau turun hujan, akan
banyak sekali hal-hal yang terganggu atau terhalang. Bahkan harus ditunda.
Itulah mengapa, aku sangat benci hujan!” jawabanku membuat Suga memalingkan
wajahnya. Aku rasa, dia tidak suka dengan jawabanku. “kau hanya belum tahu
betapa indahnya hujan jika kau merasakannya.” Ucapnya seperti ingin marah.
Kenapa? Apakah aku mmebuatnya marah? Apa yang aku lakukan? “ung..—“. “aku akan
keluar. Sampai nanti” perkataan Suga itu menjadi perbincangan terakhir kami
hari ini. “apakah aku menyakiti hatinya? Tapi, kenapa?” aku masih saja tak
mengerti apa yang terjadi.
Hujan masih saja deras.
Bahkan, kali ini bertambah deras. Aku yang berteduh di bawah payung yang
kubawa, merasa kakiku akan membeku karena dingin. Di tengah jalan, aku melihat
dia lagi. Ya, itu Suga. Dia berteduh di depan sebuah toko. Aku memberanikan
diri untuk berbicara dengannya. “ung..anu. mian, aku kemarin menyakitimu”
ucapku membuka suara. “aniyo. Aku tidak berfikir seperti itu. Justru aku yang
harus meminta maaf, aku kemarin malah pergi meninggalkanmu.” Balasnya sambil
tersenyum. “mianhae,ne?” ucapnya lagi. “e-eum. Mau ke sekolah bersama?” tanyaku
canggung. “hmm” dia mengangguk pelan. Kami berjalan di tengah hujan dengan
payung. Ya, pasti yang dipikirkan teman-teman di sekolah pasti aku sedang
berpacaran dengan Suga saat ini. akh! Biarlah. Terserah mereka.
Kami berjalan melewati
gerbang sekolah dan mendengar perkataan yang kurang enak didengar. “apa mereka
berpacaran?”
“itu tidak mungkin. Suga
dan Hyeo Jeong baru saja kenal. Bahkan, Suga adalah murid baru disini”
“itu benar. Lagipula, Hyeo
Jeong juga kan tidak tertarik untuk berpacaran.”
“aku rasa mereka tidak
berpacaran”
“lalu, apa yang mereka
lakukan?”
“bermesraan di sekolah.
Dasar! Tidak tahu malu!”
Aku melihat kearah Suga,
dia ingin sekali menghajar mereka semua. Tetapi, wajah tenangnya itu membuatku
tenang. Suga, apa kau benar-benar baik-baik saja?. Aku khawatir. Dia baru saja
masuk sekolah ini dan sudah disambut oleh perkataan yang tidak sedap itu.
“ung.. Su—“. “gwaenchana. Aku tidak terlalu memikirkan apa yang mereka katakan”
perkataanku bahkan belum selesai, tetapi Suga sudah menjawabnya. “uh-huh. Ayo,
ke kelas” ajakku. Suga hanya mengangguk
Di
kelas juga, Suga hanya diam dan kembali menatap hujan dibalik kaca kelas. Aku
khawatir padanya.“Suga? Kau baik-baik saja?” tanyaku. Dia hanya mengangguk. Aku
melangkah menuju mejanya. Sesaat sebelum aku mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia
jatuh di bahuku. Eh?. “Suga? Gwaenchana? S-Suga?” tanyaku takut. “gwaencaha.
Biarkan dulu seperti ini, bisa? Aku ingin melepas semua bebanku.” Balasnya lalu
memejamkan matanya. “hmm. Arra” aku diam dan mengelus rambutnya pelan. Dia
sepertinya merasa tenang sekarang. Aku sama sekali tidak tahu siapa lelaki yang
sedang terpejam di bahuku sekarang ini. Dia sangat lemah, aku rasa dia akan
hancur berkeping-keping saat ini. tak kusangka aku menitikkan air mataku. Suga
sadar jika aku menangis, dan langsung mengangkat kepalanya dari bahuku.
“Hyeo Jeong?”. “uh?”. “ada apa? Kenapa
kau menangis?” tanya Suga khawatir. Huh? Aku menangis? Benarkah?. “a-aku tidak
apa-apa.”jawabku singkat. “jinjjayo?” tanyanya tak percaya. “hmm” jawabku
sambil mengangguk pelan. “apakah aku membuatmu menangis, Hyeo Jeong-ah?”
pertanyaan Suga mengerutkan keningku. “tidak. aku hanya merasa kalau kau ini
sedang terluka. Jadi, aku merasa kalau aku yang menyebabkanmu seperti ini.”
jawabku kacau. “maafkan aku Hyeo Jeong-ah.”. “t-tidak. kau tidak salah. Jadi,
jangan salahkan dirimu sendiri. Sekarang, sudah waktunya pulang. Ayo pulang
bersama?” ajakku. Dia hanya mengangguk.
Sore
ini tidak turun hujan. Aku pulang dengan Suga lewat jalan raya. Biasanya lewat
jalan kecil di samping sekolah. Tetapi, entah kenapa dia mengajakku lewat jalan
raya. Kami berhenti di sebuah tman bermain anak-anak. “kenapa kita berhenti
disini?” tanyaku tak mengerti. “dulu, aku pernah menyukai seseorang yang sangat
suka sekali dengan salju. Dia juga sangat menyukai hujan. Dia berkata, kalau
saat salju pertama, kau boleh berbohong apapun. Dan kebohonganmu akan diampuni.
Jadi, sekalipun kau berbohong dengan raja, Tuhan tidak akan marah padamu.”
Kenapa ini? dia sedang bercerita tentang masa lalunya denganku? Sebuah benda
putih turun di tanganku. Huh? Salju? Ini salju yang pertama. “Hyeo Jeong-ah?”.
“eh? A-apa?” dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Membuatku malu dan salah
tingkah. “u-uh. Ada apa?” tanyaku gugup. “a-aku menyukaimu. Aku ingin sekali
cepat besar dan menikah denganmu nanti” perkataannya membuatku tak percaya.
“e-eh? Maksudnya?” tanyaku tak mengerti. “aku bohong!” jawabnya sambil
mengeluarkan lidahnya mengejek. “bukankah aku sudah bilang? Saat salju pertama
turun, kau boleh berbohong. Bahkan, dengan raja sekalipun. Dan, kau sudah
kubohongi sekarang” awas kau Suga! Beraninya kau mempermainkanku! “ e-eh?!!!
Awas kau! Beraninya kau membodohiku!!” teriakku tak terima dan mengejarnya.
Sebenarnya, aku ingin mendengar perkataan itu sebagai kejujuran. Tak bisakah
aku mempercayainya? Walau sedikit?.
Hari
ini, bukan turun hujan melainkan salju. Hari ini akan bertambah dingin dari
kemarin. Aku mengenakan syal merah pattern di leherku. Handphone-ku berbunyi.
Pesan dari Suga.
From: Min Yoon Gi
To :
Shin Hyeo Jeong
aku sedang ada waktu luang sekarang. Maukah kau
keluar bersamaku? Aku ingin membawamu ke tempat yang ingin aku tunjukkan
padamu. Aku yakin kau pasti suka. Tunggulah di taman tengah kot jam 2 siang,
aku akan menjemputmu. Oh ya, tambahan. Aku juga ingin mengatakan sesuatu
padamu. Jadi, pastikan kau datang.
Min Yoon Gi
Huh?
Dia mengajakku keluar? “Apa yang harus aku kenakan? Apakah ini? atau ini? lalu?
Aku harus ke salon dulu atau tidak ya? Apakah aku harus membawa makanan juga?”
aku bingung sendiri. Dia kan hanya mengajakku keluar. Kenapa aku jadi bingung
begini? Ya sudahlah. Pukul berapa sekarang? “huh? Jam 1 siang? Satu jam lagi.
Aku harus bersiap siap” aku memilih dress one piece berwarna putih dengan pita
besar berwarna merah di belakangnya. Aku mengikat rambutku setengah dan aku
beri pita kecil merah. Anting-anting permata yang tidak terlalu panjang dan
besar aku pasang di kedua telingaku. Aku kenakan juga make up natural sebagai pelengkap. Aku juga mengenakan syal merah
pattern. Dan untuk pelengkap, aku mengenakan sepatu flat shoes kesukaanku. Baiklah. Ayo kita berangkat!
Jam
1:45 aku sampai di taman. Kenapa dia belum datang? Oh ya? Ini baru jam 1:50.
Masih kurang 10 menit lagi. Aku yang tidak sabar, hanya bisa memandangi
handphone-ku membaca pesannya tadi sampai berulang kali.
10 menit kemudian.....
30 menit kemudian.....
1 jam kemudian....
“Kemana sebenarnya dia?!
Aku sudah menunggunya 3 jam. Sebenarnya, apa yang dia mau?! Baiklah, aku akan
menunggu sebentar lagi”. Malam ini sangat dingin, karena salju juga turun hari
ini. dingin...
Aku lihat jam di tangan
kiriku. Jam 5:45. “sudah cukup!! Aku lelah sekarang! Aku tidak mau menunggunya
lagi!” aku pulang dengan air mata yang terus turun dari kedua pelupuk mataku.
‘sebenarnya, apa yang dia inginkan? Apakah dia membohongiku lagi? Dia
ingin membodohiku lagi, huh?! Dasar! Aku membencinya. Membuat seseorang
menunggu selama 4 jam. Apa dia pikir itu menyenangkan, huh?! Aku benar-benar
membencinya!’omelku kesal.
Esoknya
di sekolah, aku jadi pendiam. Suga ingin mengajakku bicara, tetapi aku cuekin
aja dia. “Hyeo Jeong-ah, mianhae. Aku
membuatmu menunggu kemarin. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tahu, kau
sekarang sedang marah padaku. Atau buruknya, kau membenciku sekarang.
Sebenarnya—“. “jika kau tahu aku marah padamu, kenapa kau tetap mengajakku
bicara?!! Jika kau tahu aku benci padamu, kenapa kau masih tetap saja
dihadapanku?!! Aku benar-benar tak mengerti bagaimana pemikiran laki-laki itu.
Aku selalu berfikir kalau aku sudah salah berharap padamu. Aku salah, aku sudah
mempercayaimu. Aku benar-benar membencimu Suga!!” teriakku sambil menangis.
Suga terkejut dengan perkataanku. “aku tahu. Mianhae. Hyeo Jeong-ah” perkataan
itu menjadi kalimat terakhir yang aku dengar dari kalimat Suga hari ini. aku benar
benar kesal dan marah. Aku lelah.
Hari
ini, aku berangkat dengan wajah yang sangat lusuh. Aku sedang tidak semangat
sekolah. Tiba-tiba bayangan wajah Suga terpikir di kepalaku.“Untuk apa aku
memikirkannya lagi?! Sudahlah!” ucapku frustasi dan melanjutkan langkahku. “Hyeo Jeong-ah...” sapaan Suga hanya aku
lewatkan saja. Lalu, aku duduk di kursiku meletakkan kepalaku di atas meja
dengan kedua tanganku dan memejamkan mataku. Suga sepertinya ingin mengatakan
sesuatu, tetapi karena aku sudah memejamkan mataku, dia mengira aku tidak ingin
berbicara apapun. Bel pulang sekolah berbunyi, aku segera keluar. Tetapi,
tangan Suga menahanku. aku hanya bisa bertanya padanya. “ada apa lagi?!”
tanyaku dengan nada tinggi. “aku ingin mengajakmu keluar malam ini.”. “besok
bukanlah hari libur. Jadi, aku tidak bisa keluar” tolakku dingin. “aku mohon
padamu. Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu” pinta Suga. “kau bisa
mengatakannya sekarang” ucapku memalingkan wajah. “aku ingin kau datang di
taman kota jam 7 malam ini. aku akan mengatakannya disana” ucapnya dan langsung
keluar. Untuk apa aku datang? Percuma.
Jam
dinding di kamarku menunjukkan pukul 6:30 malam. Kata-kata Suga masih terngiang
di kepalaku. Apakah aku harus datang? Tapi, bagaimana jika dia mebohongiku
lagi? Baiklah. Aku akan datang, tapi jika dia tetap tidak datang, aku akan
pulang dan tidak akan memenuhi permintaannya lagi. Akhirnya, aku putuskan untuk
berangkat. Kutunggu Suga di taman kota pukul 7 malam. Sebelum aku datang, dia
sudah menungguku. “aku tahu kau pasti akan datang” ucapnya di seberang jalan.
“huh!” kataku sambil membuang muka. Aku menyebrang jalan dan tanpa kutahu,
sebuah truk besar melaju di jalan yang sama denganku.
Hanya
berjarak 100 meter antara aku dan truk itu. Aku hanya bisa memejamkan mataku
takut. Apakah aku akan mati sekarang? Oh, Tuhan, apakah aku akan mati sekarang?
Perasaan takutku membuatku berteriak kencang. Suga mendorongku dan aku jatuh
diatas rerumputan taman. “aw..” keluhku. Langsung aku palingkan pandanganku
dari tanganku menuju ke jalan raya. Ada
seseorang yang tergeletak lemas disana. “S-Su-Suga..?? andwae..!!”
teriakku tak percaya, aku langsung berlari kearah Suga. Aku mengangkat
kepalanya, lalu kuletakkan diatas pangkuanku. Lihatlah! Kepalanya berdarah.
Dress one piece putihku, sekarang menjadi dress yang berwarana merah. Aku tak
kuat melihatnya seperti ini, aku menitikkan air mata, aku menangis, aku
menangis sejadi-jadinya. Aku takut kehilangannya. Aku tidak ingin kehilangan
seseorang yang sangat aku cintai. “S-Suga? Kau tidak apa-apa, kan? Kau bisa
mendengarku, kan? Suga...!!” teriakku sambil menangis.
Tangan dingin Suga menyentuh pipiku lemas,
mengusap air mataku. “sudahlah. Jangan menangis. Aku tidak ingin melihatmu
menangis lagi.” Ucapnya lemas. “Suga? Aku akan membawamu ke rumah sakit
sekarang. Ya, aku akan menelfon ambulan sekarang.” Saat aku akan mengeluarkan
handphone di saku tasku, tangan Suga menghentikanku. “tidak perlu. Aku tidak
bisa bersamamu terlalu lama lagi. Mianhae, aku tidak bisa bersamamu lagi.
Pertemuan kita yang singkat, serasa begitu lama kurasakan. Aku harap, aku bisa
bersamamu lagi lebih lama dari ini. Aku ingin mengisi semua kenangan dengan
rasa cinta ini. aku ingin sekali membawa kenangan ini bersamaku. Aku ingin
menjadi seseorang yang dapat melindungimu kelak. Aku ingin menjadi salah satu
dari bagian dirimu. Aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu, Hyeo Jeong. Untuk
itu aku sangat bersyukur. Dan aku tidak sedih jika harus ditakdirkan mati
seperti ini. karena, aku bahagia bisa melihatmu dan menyelamatkanmu, Hyeo
Jeong. Saranghae, Hyeo Jeong-ah. Sa-rang-hae....” tangan Suga terjatuh dari
pipiku. Dia sudah tidak memiliki detak jantung. Jangan bercanda! “jangan
bercanda, Suga. Kau bohong! Aku tidak akan mempercayai perkataanmu jika kau
tidak membuka matamu. Suga? Kau mendengarku, kan? Kalau kau mendengarku.
Bukalah matamu. Kumohon. Suga.. Suga!!! Hiks.. hiks...”
Nado saranghae, Suga.
Sekian
FF dari author. Apabila ada kesalahan kata maupun tulisan, harap dimaklumi.
Terima kasih readers semuaa..... ^_^ Salam manis dan sayang yaa dari author
#lebay. Kunjungi blog kami di www.galaxyangelworld.blogspot.co.id untuk melihat FF dari author dan teman teman
author lainnya. Akhir kata,
Annyeong...
mannaseo bangapseumnida...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar