Rabu, 03 Februari 2016

FF Romance Sad Suga BTS/ Have You Ever See the Rain? [oneshot]



Have You Ever See
The Rain ?
Author :  GalaxyAngel_01
Genre : Romance
Main Cast :
-          Min Yoon Gi (BTS)
-          Shin Hyeo Jeong (OC)
Rating : A ( semua umur )
Length : One Shoot

            Hujan lagi? Padahal hari ini adalah musim panas. Memang, tidak selalu setiap musim panas itu harus panas terus,kan? Ya sudahlah, aku harus ke sekolah sekarang. Oh ya, namaku Shin Hyeo Jeong. Aku duduk di bangku SMA kelas 2. Memang sih ya, kalau saat saat SMA, banyak orang berkata saat saat untuk mencari jodoh. Apaan itu?! Aku bahkan tak punya niat itu sama sekali. Aku paling benci saat-saat dimana harus turun hujan. Entah kenapa aku sangat membenci hujan.
            Pagi ini, aku harus berangkat awal, karena hari ini adalah piketku. Hujan masih saja turun. Kenapa aku tidak naik mobil? Karena, jarak antara sekolah dan rumahku juga cukup dekat. Lagipula, aku masih belum diperbolehkan untuk menaiki mobil oleh kedua orang tuaku. Saat itu, di tengah perjalanan, aku bertemu dengan lelaki berseragam sama denganku. Sekolah kita sama. Itulah yang aku pikirkan. Tetapi, aku belum pernah melihatnya. Apakah dia murid pindahan? Apa peduliku?. Sudahlah, aku harus cepat. Semakin kucepatkan langkah kakiku. Aku sampai di kelas, dan yang benar saja. Masih hanya ada aku disana?!. Sebenarnya, mereka semua ingin sekolah atau tidak?! entahlah, lebih baik aku segera membersihkan kelas. Kuambil sapu dan langsung kubersihkan kelas yang sudah seperti sarang burung ini. 20 menit aku sibuk dengan sapu, langsung kududukkan tubuhku di kursi. Lelah. Pelajaran dimulai 10 menit lagi, dan semua murid sudah mulai berdatangan.
“pagi anak-anak.” Sapa Kim seonsangnim.  “pagi,seonsaengnim” jawab semua murid. “hari ini, kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk, perkenalkan dirimu.” Ucap Kim seonsaengnim. Aku tak peduli dengan itu. Suara langkah kakinya terhenti di depan papan tulis. “namaku Suga. Nama asliku Min Yoon Gi. Aku pindahan dari sekolah di Busan. Senang bertemu dengan kalian.” Ucap lelaki itu dingin. Huh?! Kenapa? Dia ini tahu sopan santun tidak sih?! aku mengomel saja dalam hati. Saat aku tengokkan kepalaku, bukankah dia?!. “Suga, kamu boleh duduk disana” ucap Kim seonsaengnim menunjukkan bangku di depan tempat dudukku. “baik. Gamsahamnida” ucapnya masih dengan nada dingin. Dia berjalan menuju arahku. Lalu, duduk di depanku. “baiklah, anak-anak. Kita akan mulai pelajaran sejarah kita. Saya akan menerangkan tentang unsur Yin dan Yang dan bercerita sedikit tentang itu. Dulu.......”
Aku masih memandangi lelaki di depanku ini.
Dia yang tadi aku lihat di bawah pohon sakura. Jadi, benar! Dia adalah murid pindahan. Pantas saja aku tidak pernah melihatnya. Dia melihat ke arah kaca jendela yang tertutup embun karena dingin dari hujan. Aku melihat dengan teliti setiap wajahnya. Jika dilihat dari samping, dia lumayan juga. Matanya sangat bagus dengan bulu mata yang lentik itu. Hidungnya tidak terlalu mancung juga jadi pelengkapnya. Lekuk di wajahnya terlihat sangat jelas sekali. Huh?!! Apa yang aku pikirkan?! Aku mengacak-acak rambutku agar aku berhenti memikirkan itu. “Hyeo Jeong?” panggil Kim seonsaengnim. “ada apa denganmu? Apa kau kurang enak badan?” tanya Kim seonsaengnim. “ah, animnida. Saya tidak sakit, seonsaengnim. Saya baik-baik saja.” Jawabku. “baiklah. Kita akan ketemu besok jam ke 4. Jadi, pelajaran hari ini cukup sampai disini. Hari ini ada rapat dewan. Jadi, mungkin akan tidak ada pelajaran. Sekian.” Perkataan Kim seonsaengnim disambut gembira oleh semua murid. Aku? Aku masih dengan kesibukanku. Memandangi lelaki itu.
Aku ingin sekali bicara dengannya. Bayangkan saja. Jika dia diajak bicara oleh teman sejenis, dia hanya menjawab datar dan sesekali tidak memperdulikan mereka. Apalagi kalau yang mengajaknya bicara adalah seorang wanita? Mungkin akan dicuekin habis-habisan. Semua murid keluar untuk pergi ke kantin atau mungkin jalan dengan pacar mereka. Aku sedang tidak niat keluar kelas sekarang. Bahkan, lelaki itu masih saja diam. “ung...” kenapa Hyeo Jeong?!! Tinggal menyapanya saja! Kenapa kamu harus gugup? Hanya menyapanya saja. Oke?! Hanya menyapa. “ung..—“. “hujannya deras ya?” tanya lelaki itu. He?! Dia mengajakku bicara?! Aku hanya bisa diam tanpa sepatah kata pun bisa keluar dari mulutku. Aku kira dia itu lelaki yang dingin. Aku masih membelalakkan mataku tak percaya.
“apakah ada yang salah?”. “gwaenchana?” dia menanyakan apakah aku baik-baik saja? “hei?! Apa kau mendengarkanku?” ya, aku mendengarmu Suga. Ya, aku mendengarmu. “hei?” ucapnya sambil bolak-balik menggerakkan tangannya keatas dan kebawah di depan wajahku, mencoba menyadarkanku. “eh? Eum.. a-apa?” tanyaku gugup. Payah kau Hyeo Jeong-ah!. “hari ini hujannya turun deras ya?” dia mengulang kembali pertanyaannya. “e-eum. I-iya. Aku rasa akan setiap hari turun hujan.” Jawabku basi. “ireumi.. ireumi mwoyeyo? (siapa namamu?)” tanya Suga padaku. “a-aku Shin Hyeo Jeong. Panggil saja aku Hyeo Jeong.”. “oh. Hyeo Jeong ya? Apa kamu suka hujan?” tanya Suga tiba-tiba, dan spontan aku menggeleng cepat. “tidak. Mereka selalu saja turun disaat yang tidak tepat. Lagipula, kalau turun hujan, akan banyak sekali hal-hal yang terganggu atau terhalang. Bahkan harus ditunda. Itulah mengapa, aku sangat benci hujan!” jawabanku membuat Suga memalingkan wajahnya. Aku rasa, dia tidak suka dengan jawabanku. “kau hanya belum tahu betapa indahnya hujan jika kau merasakannya.” Ucapnya seperti ingin marah. Kenapa? Apakah aku mmebuatnya marah? Apa yang aku lakukan? “ung..—“. “aku akan keluar. Sampai nanti” perkataan Suga itu menjadi perbincangan terakhir kami hari ini. “apakah aku menyakiti hatinya? Tapi, kenapa?” aku masih saja tak mengerti apa yang terjadi.
Hujan masih saja deras. Bahkan, kali ini bertambah deras. Aku yang berteduh di bawah payung yang kubawa, merasa kakiku akan membeku karena dingin. Di tengah jalan, aku melihat dia lagi. Ya, itu Suga. Dia berteduh di depan sebuah toko. Aku memberanikan diri untuk berbicara dengannya. “ung..anu. mian, aku kemarin menyakitimu” ucapku membuka suara. “aniyo. Aku tidak berfikir seperti itu. Justru aku yang harus meminta maaf, aku kemarin malah pergi meninggalkanmu.” Balasnya sambil tersenyum. “mianhae,ne?” ucapnya lagi. “e-eum. Mau ke sekolah bersama?” tanyaku canggung. “hmm” dia mengangguk pelan. Kami berjalan di tengah hujan dengan payung. Ya, pasti yang dipikirkan teman-teman di sekolah pasti aku sedang berpacaran dengan Suga saat ini. akh! Biarlah. Terserah mereka.
Kami berjalan melewati gerbang sekolah dan mendengar perkataan yang kurang enak didengar. “apa mereka berpacaran?”
“itu tidak mungkin. Suga dan Hyeo Jeong baru saja kenal. Bahkan, Suga adalah murid baru disini”
“itu benar. Lagipula, Hyeo Jeong juga kan tidak tertarik untuk berpacaran.”
“aku rasa mereka tidak berpacaran”
“lalu, apa yang mereka lakukan?”
“bermesraan di sekolah. Dasar! Tidak tahu malu!”
Aku melihat kearah Suga, dia ingin sekali menghajar mereka semua. Tetapi, wajah tenangnya itu membuatku tenang. Suga, apa kau benar-benar baik-baik saja?. Aku khawatir. Dia baru saja masuk sekolah ini dan sudah disambut oleh perkataan yang tidak sedap itu. “ung.. Su—“. “gwaenchana. Aku tidak terlalu memikirkan apa yang mereka katakan” perkataanku bahkan belum selesai, tetapi Suga sudah menjawabnya. “uh-huh. Ayo, ke kelas” ajakku. Suga hanya mengangguk
Di kelas juga, Suga hanya diam dan kembali menatap hujan dibalik kaca kelas. Aku khawatir padanya.“Suga? Kau baik-baik saja?” tanyaku. Dia hanya mengangguk. Aku melangkah menuju mejanya. Sesaat sebelum aku mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia jatuh di bahuku. Eh?. “Suga? Gwaenchana? S-Suga?” tanyaku takut. “gwaencaha. Biarkan dulu seperti ini, bisa? Aku ingin melepas semua bebanku.” Balasnya lalu memejamkan matanya. “hmm. Arra” aku diam dan mengelus rambutnya pelan. Dia sepertinya merasa tenang sekarang. Aku sama sekali tidak tahu siapa lelaki yang sedang terpejam di bahuku sekarang ini. Dia sangat lemah, aku rasa dia akan hancur berkeping-keping saat ini. tak kusangka aku menitikkan air mataku. Suga sadar jika aku menangis, dan langsung mengangkat kepalanya dari bahuku. “Hyeo  Jeong?”. “uh?”. “ada apa? Kenapa kau menangis?” tanya Suga khawatir. Huh? Aku menangis? Benarkah?. “a-aku tidak apa-apa.”jawabku singkat. “jinjjayo?” tanyanya tak percaya. “hmm” jawabku sambil mengangguk pelan. “apakah aku membuatmu menangis, Hyeo Jeong-ah?” pertanyaan Suga mengerutkan keningku. “tidak. aku hanya merasa kalau kau ini sedang terluka. Jadi, aku merasa kalau aku yang menyebabkanmu seperti ini.” jawabku kacau. “maafkan aku Hyeo Jeong-ah.”. “t-tidak. kau tidak salah. Jadi, jangan salahkan dirimu sendiri. Sekarang, sudah waktunya pulang. Ayo pulang bersama?” ajakku. Dia hanya mengangguk.
Sore ini tidak turun hujan. Aku pulang dengan Suga lewat jalan raya. Biasanya lewat jalan kecil di samping sekolah. Tetapi, entah kenapa dia mengajakku lewat jalan raya. Kami berhenti di sebuah tman bermain anak-anak. “kenapa kita berhenti disini?” tanyaku tak mengerti. “dulu, aku pernah menyukai seseorang yang sangat suka sekali dengan salju. Dia juga sangat menyukai hujan. Dia berkata, kalau saat salju pertama, kau boleh berbohong apapun. Dan kebohonganmu akan diampuni. Jadi, sekalipun kau berbohong dengan raja, Tuhan tidak akan marah padamu.” Kenapa ini? dia sedang bercerita tentang masa lalunya denganku? Sebuah benda putih turun di tanganku. Huh? Salju? Ini salju yang pertama. “Hyeo Jeong-ah?”. “eh? A-apa?” dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Membuatku malu dan salah tingkah. “u-uh. Ada apa?” tanyaku gugup. “a-aku menyukaimu. Aku ingin sekali cepat besar dan menikah denganmu nanti” perkataannya membuatku tak percaya. “e-eh? Maksudnya?” tanyaku tak mengerti. “aku bohong!” jawabnya sambil mengeluarkan lidahnya mengejek. “bukankah aku sudah bilang? Saat salju pertama turun, kau boleh berbohong. Bahkan, dengan raja sekalipun. Dan, kau sudah kubohongi sekarang” awas kau Suga! Beraninya kau mempermainkanku! “ e-eh?!!! Awas kau! Beraninya kau membodohiku!!” teriakku tak terima dan mengejarnya. Sebenarnya, aku ingin mendengar perkataan itu sebagai kejujuran. Tak bisakah aku mempercayainya? Walau sedikit?.
Hari ini, bukan turun hujan melainkan salju. Hari ini akan bertambah dingin dari kemarin. Aku mengenakan syal merah pattern di leherku. Handphone-ku berbunyi. Pesan dari Suga.
From: Min Yoon Gi
To     : Shin Hyeo Jeong
aku sedang ada waktu luang sekarang. Maukah kau keluar bersamaku? Aku ingin membawamu ke tempat yang ingin aku tunjukkan padamu. Aku yakin kau pasti suka. Tunggulah di taman tengah kot jam 2 siang, aku akan menjemputmu. Oh ya, tambahan. Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu. Jadi, pastikan kau datang.
Min Yoon Gi
Huh? Dia mengajakku keluar? “Apa yang harus aku kenakan? Apakah ini? atau ini? lalu? Aku harus ke salon dulu atau tidak ya? Apakah aku harus membawa makanan juga?” aku bingung sendiri. Dia kan hanya mengajakku keluar. Kenapa aku jadi bingung begini? Ya sudahlah. Pukul berapa sekarang? “huh? Jam 1 siang? Satu jam lagi. Aku harus bersiap siap” aku memilih dress one piece berwarna putih dengan pita besar berwarna merah di belakangnya. Aku mengikat rambutku setengah dan aku beri pita kecil merah. Anting-anting permata yang tidak terlalu panjang dan besar aku pasang di kedua telingaku. Aku kenakan juga make up natural sebagai pelengkap. Aku juga mengenakan syal merah pattern. Dan untuk pelengkap, aku mengenakan sepatu flat shoes kesukaanku. Baiklah. Ayo kita berangkat!
Jam 1:45 aku sampai di taman. Kenapa dia belum datang? Oh ya? Ini baru jam 1:50. Masih kurang 10 menit lagi. Aku yang tidak sabar, hanya bisa memandangi handphone-ku membaca pesannya tadi sampai berulang kali.
10 menit kemudian.....
30 menit kemudian.....
1 jam kemudian....
“Kemana sebenarnya dia?! Aku sudah menunggunya 3 jam. Sebenarnya, apa yang dia mau?! Baiklah, aku akan menunggu sebentar lagi”. Malam ini sangat dingin, karena salju juga turun hari ini. dingin...
Aku lihat jam di tangan kiriku. Jam 5:45. “sudah cukup!! Aku lelah sekarang! Aku tidak mau menunggunya lagi!” aku pulang dengan air mata yang terus turun dari kedua pelupuk mataku.
sebenarnya, apa yang dia inginkan? Apakah dia membohongiku lagi? Dia ingin membodohiku lagi, huh?! Dasar! Aku membencinya. Membuat seseorang menunggu selama 4 jam. Apa dia pikir itu menyenangkan, huh?! Aku benar-benar membencinya!’omelku kesal.
Esoknya di sekolah, aku jadi pendiam. Suga ingin mengajakku bicara, tetapi aku cuekin aja dia.   “Hyeo Jeong-ah, mianhae. Aku membuatmu menunggu kemarin. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tahu, kau sekarang sedang marah padaku. Atau buruknya, kau membenciku sekarang. Sebenarnya—“. “jika kau tahu aku marah padamu, kenapa kau tetap mengajakku bicara?!! Jika kau tahu aku benci padamu, kenapa kau masih tetap saja dihadapanku?!! Aku benar-benar tak mengerti bagaimana pemikiran laki-laki itu. Aku selalu berfikir kalau aku sudah salah berharap padamu. Aku salah, aku sudah mempercayaimu. Aku benar-benar membencimu Suga!!” teriakku sambil menangis. Suga terkejut dengan perkataanku. “aku tahu. Mianhae. Hyeo Jeong-ah” perkataan itu menjadi kalimat terakhir yang aku dengar dari kalimat Suga hari ini. aku benar benar kesal dan marah. Aku lelah.
Hari ini, aku berangkat dengan wajah yang sangat lusuh. Aku sedang tidak semangat sekolah. Tiba-tiba bayangan wajah Suga terpikir di kepalaku.“Untuk apa aku memikirkannya lagi?! Sudahlah!” ucapku frustasi dan melanjutkan langkahku.   “Hyeo Jeong-ah...” sapaan Suga hanya aku lewatkan saja. Lalu, aku duduk di kursiku meletakkan kepalaku di atas meja dengan kedua tanganku dan memejamkan mataku. Suga sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi karena aku sudah memejamkan mataku, dia mengira aku tidak ingin berbicara apapun. Bel pulang sekolah berbunyi, aku segera keluar. Tetapi, tangan Suga menahanku. aku hanya bisa bertanya padanya. “ada apa lagi?!” tanyaku dengan nada tinggi. “aku ingin mengajakmu keluar malam ini.”. “besok bukanlah hari libur. Jadi, aku tidak bisa keluar” tolakku dingin. “aku mohon padamu. Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu” pinta Suga. “kau bisa mengatakannya sekarang” ucapku memalingkan wajah. “aku ingin kau datang di taman kota jam 7 malam ini. aku akan mengatakannya disana” ucapnya dan langsung keluar. Untuk apa aku datang? Percuma.
Jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 6:30 malam. Kata-kata Suga masih terngiang di kepalaku. Apakah aku harus datang? Tapi, bagaimana jika dia mebohongiku lagi? Baiklah. Aku akan datang, tapi jika dia tetap tidak datang, aku akan pulang dan tidak akan memenuhi permintaannya lagi. Akhirnya, aku putuskan untuk berangkat. Kutunggu Suga di taman kota pukul 7 malam. Sebelum aku datang, dia sudah menungguku. “aku tahu kau pasti akan datang” ucapnya di seberang jalan. “huh!” kataku sambil membuang muka. Aku menyebrang jalan dan tanpa kutahu, sebuah truk besar melaju di jalan yang sama denganku.
Hanya berjarak 100 meter antara aku dan truk itu. Aku hanya bisa memejamkan mataku takut. Apakah aku akan mati sekarang? Oh, Tuhan, apakah aku akan mati sekarang? Perasaan takutku membuatku berteriak kencang. Suga mendorongku dan aku jatuh diatas rerumputan taman. “aw..” keluhku. Langsung aku palingkan pandanganku dari tanganku menuju ke jalan raya. Ada  seseorang yang tergeletak lemas disana. “S-Su-Suga..?? andwae..!!” teriakku tak percaya, aku langsung berlari kearah Suga. Aku mengangkat kepalanya, lalu kuletakkan diatas pangkuanku. Lihatlah! Kepalanya berdarah. Dress one piece putihku, sekarang menjadi dress yang berwarana merah. Aku tak kuat melihatnya seperti ini, aku menitikkan air mata, aku menangis, aku menangis sejadi-jadinya. Aku takut kehilangannya. Aku tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. “S-Suga? Kau tidak apa-apa, kan? Kau bisa mendengarku, kan? Suga...!!” teriakku sambil menangis.
 Tangan dingin Suga menyentuh pipiku lemas, mengusap air mataku. “sudahlah. Jangan menangis. Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi.” Ucapnya lemas. “Suga? Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang. Ya, aku akan menelfon ambulan sekarang.” Saat aku akan mengeluarkan handphone di saku tasku, tangan Suga menghentikanku. “tidak perlu. Aku tidak bisa bersamamu terlalu lama lagi. Mianhae, aku tidak bisa bersamamu lagi. Pertemuan kita yang singkat, serasa begitu lama kurasakan. Aku harap, aku bisa bersamamu lagi lebih lama dari ini. Aku ingin mengisi semua kenangan dengan rasa cinta ini. aku ingin sekali membawa kenangan ini bersamaku. Aku ingin menjadi seseorang yang dapat melindungimu kelak. Aku ingin menjadi salah satu dari bagian dirimu. Aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu, Hyeo Jeong. Untuk itu aku sangat bersyukur. Dan aku tidak sedih jika harus ditakdirkan mati seperti ini. karena, aku bahagia bisa melihatmu dan menyelamatkanmu, Hyeo Jeong. Saranghae, Hyeo Jeong-ah. Sa-rang-hae....” tangan Suga terjatuh dari pipiku. Dia sudah tidak memiliki detak jantung. Jangan bercanda! “jangan bercanda, Suga. Kau bohong! Aku tidak akan mempercayai perkataanmu jika kau tidak membuka matamu. Suga? Kau mendengarku, kan? Kalau kau mendengarku. Bukalah matamu. Kumohon. Suga.. Suga!!! Hiks.. hiks...”
Nado saranghae, Suga.



Sekian FF dari author. Apabila ada kesalahan kata maupun tulisan, harap dimaklumi. Terima kasih readers semuaa..... ^_^ Salam manis dan sayang yaa dari author #lebay. Kunjungi blog kami di www.galaxyangelworld.blogspot.co.id untuk melihat FF dari author dan teman teman author lainnya. Akhir kata,
Annyeong... mannaseo bangapseumnida...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar